Dengan Jumlah 3 Kali Lebih Banyak, Sri Mulyani Mau Utang Lagi Ke Bank Dunia

- 26 Juli 2020, 16:35 WIB
Mentri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati saat temu virtual dengan Ketua Dewan Pers M Nuh, Jumat 24 Juli 2020
Mentri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati saat temu virtual dengan Ketua Dewan Pers M Nuh, Jumat 24 Juli 2020 /

RINGTIMES BANYUWANGI - Pemerintah melalui Menkeu, Sri Mulyani telah menarik pinjaman program dari lembaga multilateral senilai USD1,8 miliar atau sekitar Rp26,1 triliun (kurs Rp 14.500 per USD) pada semester I-2020

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Luky Alfirman, telah menjelaskan semua total jumlah pinjaman tersebut berasal dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW), Agence Francaise de Developpement (AFD), dan dari Japan International Cooperation Agency (JICA).

"Di Semester I, ditarik dari WB, ADB, KfW, AFB, dan dari JICA. Tapi WB dan ADB seperti biasa ada beberapa paket. Jadi bukan berarti WB sudah habis, dan enggak ada lagi semester II, bukan berarti semester I ADB, tidak ada lagi semester II," jelas Luky di Jakarta, Sabtu (25/7/2020).

Baca Juga: Situasi Kian Mencekam, Agen Federal AS Bubarkan Massa dengan Gas Air Mata

0Dia juga telah merinci masing-masing lembaga multilateral tersebut pemerintah mendapatkan pinjaman dari Bank Dunia sebesar USD300 juta, ADB USD500 juta , sementara KfW 500 juta euro. Sementara dari AFD 100 juta euro, dan JICA 31,8 miliar yen.

"Dengan kebutuhan penarikan utang dari lembaga multilateral yang sudah terpenuhi USD1,8 miliar maka pemerintah masih akan menarik sekitar USD5,5 miliar (setara Rp79 triliun)," jelasnya.

Dalam artikel yang telah di tayangkan Warta Ekonomi dengan judul “Sri Mulyani Mau Utang Lagi ke Bank Dunia, Nilainya 3X Lebih Jumbo” Pihaknya juga telah menyesuaikan jenis mata uang dengan masa jatuh tempo pembayaran. Serta melakukan negosiasi dengan lender untuk bisa membayar dengan nilai tukar yang saat itu sedang murah.

Baca Juga: Minum Kopi yang Disaring Dipercaya Dapat Bantu Tekan Risiko Diabetes Tipe 2

"Ini salah satu contoh yang kita lakukan dalam pengelolaan risiko. Misalnya ada outstanding utang, kita ke ADB karena saat ini Euro dan Yen sedang murah. Kemudian kita konversikan, kita negosiasikan dengan lembaga mitra kita, ADB (Asian Development Bank), akhirnya kita bisa konversikan," tandasnya.***

Halaman:

Editor: Sophia Tri Rahayu

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x