Sejarah Dibalik Mahal dan Fenomenalnya Aglaonema Pride of Sumatera

14 Oktober 2020, 14:35 WIB
Aglaonema Pride of Sumatra /Bibit Tanaman/

RINGTIMES BANYUWANGI – Salah satu jenis aglaonema yang cantik, mahal, dan paling banyak dicari adalah aglaonema pride of Sumatera. Jenis aglaonema ini adalah jenis yang cukup populer dan fenomenal dibandingkan dengan jenis aglaonema lainnya.

Jenis aglaonema ini memang memiliki harga yang cukup fantastis, mengingat warna dan bentuk daunnya yang cantik tentu tidak menutup kemungkinan jika aglaonema pride of Sumatera ini bandrol dengan harga ratusan ribu rupiah.

Aglaonema pride of Sumatera merupakan bagian dari aglaonema hibrida. Penggunaan aglaonema hibrida untuk membedakan dengan aglaonema spesies yang jumlahnya mencapai 30 jenis. 

Baca Juga: Meski Mahal, Tanaman Hias Berikut Tetap Terpopuler dan Diburu Kolektor

Dilansir dari ornamentalplatinfo, Pride of Sumatera sebetulnya bukan aglaonema hibrida pertama yang dilahirkan dari persilangan. Pada periode 1980-an, yang banyak dihasilkan adalah yang tipe daun hijau.

Sosok pride yang khas, merah kehijauan dengan punggung merah tua menyebabkan popularitas pride of sumatera langsung meroket.

Popularitasnya melebihi donna carmen yang juga dihasilkan oleh Greg Hambali. Seperti terselip di balik namanya, aglaonema berdaun merah menyala itu menjadi kebanggaan, bukan cuma Sumatera, tetapi juga bagi Indonesia. 

Pewaris warna merah adalah induk jantan Aglaonema rotundum.

Aglaonema rotundum yang asli berasal dari Sumatera bagian utara seperti Bukitlawang dan Aceh berdaun hijau tua. Spesies yang sama sebetulnya ada di tangan penangkar Thailand sejak 1980. 

Aglaonema commutatum sebetulnya juga terdapat di Palu, Sulawesi Tengah dan Gorontalo. 

Baca Juga: Kamu Merasa Perfeksionis? Ketahui 3 Dampak Negatif Perfeksionis bagi Millenial

Sayang, tangkai Aglaonema commutatum domestik terlalu panjang dan corak daunnya samar-samar semakin menghilang. Warna aslinya merah muda yang semula menghiasi tangkai memudar semakin terkikis. 

Hal tersebut mengakibatkan pergaulan bebas antara Aglaonema simplex yang berdaun hijau polos dan enggan untuk beranak. 

Nasib Aglaonema commutatum di Filipina lebih baik karena populasi Aglaonema simplex tidak begitu dominan. Ketimbang dieffenbachia, misalnya, yang sama-sama anggota famili Araceae, aglaonema jauh lebih unggul.

Getah dieffenbachia gatal dan anakannya tak sebanyak aglaonema. Pada penghujung 1982 mulailah Gregori menyilangkan Aglaonema rotundum dan Aglaonema commutatum. 

Baca Juga: Dugaan Thamrin City Jakarta Pusat Dijarah, Ini Kata Kepolisian

Penyilangan yang dilakukannya tersebut merupakan pengalaman pertamanya dalam menyilang aglaonema. Sebelumnya, Greg lebih intens menjadi penghulu caladium dan alocasia yang masih sekerabat dengan aglaonema.

Hasil silangan antara Aglaonema rotundum dan Aglaonema commutatum, diberi nama precusor. Hal pertama yang dilakukan adalah kembali menjodohkan aglaonema precursor tersebut dengan sang ayah.

Persilangan yang dilakukan tersebut menghasilkan tanaman berdaun merah yang menyala. Dialah pride of sumatera yang langsung mencuat dan menjadi ikon aglaonema lain sampai sekarang.***

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas

Tags

Terkini

Terpopuler