Dijelaskan Secara Ilmiah, Begini Larangan Berhubungan Intim Saat Menstruasi

- 12 Oktober 2020, 15:40 WIB
FOTO ilustrasi menstruasi yang melahirkan inspirasi warna merah baru.*
FOTO ilustrasi menstruasi yang melahirkan inspirasi warna merah baru.* /PIXABAY

RINGTIMES BANYUWANGI – Berhubungan intim merupakan suatu kebutuhan bagi sepasang suami istri dalam sebuah rumah tangga. Aktivitas seksual ini dapat dilakukan setiap saat oleh sepasang suami istri.

Akan tetapi, bukankah sudah tidak asing lagi bahwa terdapat larangan yang menyatakan bahwa saat menstruasi, perempuan tidak boleh melakukan aktivitas intim ini?

Larangan ini memang ditetapkan oleh Agama, khususnya adalah agama Islam. Akan tetapi, larangan tersebut memiliki penjelasan secara ilmiah yang dapat dibuktikan dari hasil sebuah penelitian.

Dilansir oleh ringtimesbanyuwangi.com dari nu.online.com, Doktor Abdul Lathif telah melakukan studi tentang perubahan mikroorganisme dan tingkat keasaman (PH) vagina wanita pada saat haid.

Baca Juga: Dianggap Remeh, Daun Binahong Bermanfaat Obati Diabetes Hingga Ginjal

Hal inilah yang kemudian menjadi acuan dan larangan untuk tidak melakukan hubungan seks saat wanita sedang menstruasi.

Tujuan studi tersebut salah satunya untuk mengatahui fakta ilmiah mengenai status “kotoran” pada haid wanita. Studi yang dilakukan terhadap 50 orang perempuan ini terdiri dari 27 yang belum melahirkan dan 23 yang sudah pernah melahirkan.

Seluruhnya sehat dan terbebas dari berbagai penyakit dalam dan penyakit kewanitaan. Melalui beberapa tahapan dan sampel yang dilakukan terhadap wanita-wanita tersebut, kemudian hasil sampel dan kunjungannya dibandingkan.

Seluruhnya diteliti dan dianalisis guna mengetahui mikroorganisme masing-masing sampel, sekaligus hubungan masing-masing hasil pengamatan dengan periode, PH vagina, dan air seni.

Dari hasil penelitian tersebut, Doktor Abdul Lathif menyatakan,

Baca Juga: Mengejutkan, Marzuki Alie Ungkap Siapa Dalang Demo Tolak UU Ciptaker 'Bukan SBY'

Pertama, diketahui bahwa periode mikroorganisme pada vagina tidak dapat dipisahkan dengan periode hormon-hormon indung telur. Selain itu, ditemukan beberapa jenis kuman berbahaya yang muncul secara berlawanan. Ketika yang satu bertambah banyak, yang satu terus berkurang.

Pada masa haid, jumlah kuman yang ditemukan sangat menakutkan. Ditemukan pula kuman-kuman berbahaya di bagian bawah vagina. Sementara pada bagian atasnya tidak ditemukan.

Selanjutnya, ditemukan jenis-jenis kuman berbahaya lain pada masa haid yang berbeda dengan kuman-kuman sebelumnya. Kuman tersebut berada pada saluran kencing dan anus.

Kedua, ada satu kuman tidak membahayakan. Namun, di saat haid kuman tersebut menjadi berbahaya. Demikian pula parasit Trichomonas. Pada saat haid dan dalam kondisi-kondisi tertentu akan bertambah banyak menjadi empat kali lipat dari biasanya.

Anehnya, alih-alih tetap bertahan di bawah vagina, ia justru masuk ke bagian lipatan atas vagina.

Baca Juga: Jangan Asal Tuduh, PDIP Minta Masyarakat Hentikan Tuduhan SBY Dalang Demo UU Ciptaker

Ketiga, umumnya jumlah kuman pada perempuan yang belum melahirkan lebih sedikit dibanding pada perempuan yang sudah pernah melahirkan.

Demikian halnya dengan tingkat keasaman (PH) vagina. PH pada kelompok perempuan yang belum melahirkan cenderung lebih tinggi daripada kelompok perempuan yang telah pernah melahirkan.  

Keempat, terungkap jelas bahwa doderlein (bakteri baik) pada asalnya ditemukan dalam vagina. Ia berfungsi menjaga kuman-kuman berbahaya yang masuk. Namun, di saat haid, jumlahnya menurun.

Penelitian lain membuktikan bahwa jumlah bakteri itu semakin banyak hingga mencapai 0.6 mm3.

Kemudian, jenisnya yang bermacam-macam, juga tidak adanya yang menghalangi bakteri-bakteri tersebut untuk masuk ke dalam dinding rahim yang terbuka, kecuali satu hal saja, yaitu aliran darah yang berlawanan dengan arus bakteri dari atas ke bawah.

Maka semakin beratlah bahaya yang akan ditimbulkan.

Baca Juga: Dianggap Remeh, Daun Binahong Bermanfaat Obati Diabetes Hingga Ginjal

Selain itu, pada saat haid, bakteri tiroicomonas jumlahnya naik menjadi empat kali lipat. Biasanya, bakteri tersebut ditemukan di atas vagina untuk mencari kesempatan dan mengintai mangsa.

Seperti yang telah diketahui bahwa bakteri tiroicomonas menyebabkan berbagai macam infeksi pada organ kencing dan organ reproduksi pria. Namun, perpindahan bakteri tersebut hanya terjadi melalui berhubungan badan atau aktivitas seksual.*** 

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah