RINGTIMES BANYUWANGI- Kalender adalah penanggalan yang memuat nama-nama bulan, hari tanggal dan hari hari keagamaan seperti terdapat pada kalender Masehi.
Kalender Jawa memiliki arti dan fungsi tidak hanya sebagai petunjuk hari libur atau hari keagamaan, tetapi menjadi dasar dan ada hubungannya dengan apa yang disebut Petangan Jawi. Yaitu perhitungan baik buruk yang dilukiskan dalam lambang dan watak suatu hari, tanggal, bulan, tahun, pranata mangsa, wuku, neptu dan lain-lain.
Hitungan Jawi sudah ada sejak jaman dahulu, merupakan catatan dari leluhur berdasarkan pengalaman baik buruk yang dicatat dan dihimpun dalam Primbon.
Ringtimes Banyuwangi mengutip dari skripsi Lailatul Maftuhah yang berjudul Pandangan Masyarakat Islam Terhadap Dasar Tradisi Weton Sebagai Perjodohan Di Desa Karangagung Glagah Lamongan, bersumber dari Purwadi dan Enis niken dalam buku mereka berjudul Upacara Pengantin Jawa diterbitkan oleh Panji pustaka, Yogyakarta Tahun 2007. Berikut tentang sejarah primbon:
Baca Juga: Tanggal Gajian Tiba, Shopee Gajian Sale Punya Promo Spesial buat Kamu!
Kata primbon berasal dari kata rimbu berarti simpan atau simpanan, maka primbon memuat bermacam-macam catatan oleh suatu generasi diturunkan kepada generasi penerusnya.
Hitungan Jawa yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah hitungan-hitungan yang dipakai dalam acara prosesi pernikahan pada masyarakat Jawa yang dalam pelaksanaannya, masyarakat Jawa menggunakan cara-cara hitungan yang sudah dijalankan sejak zaman moyang.
Dalam hitungan Jawa masyarakat Jawa menggunakan kalender. Diantara pedoman perhitungan tersebut ialah : (1) Kalender Saka, merupakan kalender yang biasa digunakan sebagai perhitungan oleh masyarakat hindu.
Baca Juga: Pengobatan Diabetes, 5 Jenis Sayuran Ini Mampu Turunkan Kadar Gula Darah dengan Cepat
(2) Petangan Jawi (Pranata Mangsa) atau biasa disebut juga kalender kaum tani. (3) Kalender Sultan Agungan, yaitu perubahan kalender yang dilakukan oleh Sultan Agung yang pada waktu itu menjadi Raja Mataram yang terkenal patuh beragama Islam itu merubah kalender diJawa secara revolusioner.
Perubahan kalender Jawa itu terjadi dan mulai dengan tanggal 1 Sura tahun Alip 1555, tepat pada tanggal 1 Muharram tahun 1043 Hijriyah, yang bertepatan juga dengan 8 Juli 1633.
Pada hakikatnya hitungan pada masyarakat Jawa (Weton) pada acara prosesi pernikahan adalah cara untuk mencapai keselamatan dan kesejahteraan hidup lahir dan batin.
Baca Juga: 4 Zodiak yang Mudah Kaya tapi Juga Mudah Miskin, Ada Virgo Salah Satunya
Dengan pedoman catatan-catatan leluhur (Primbon) hendaknya tidaklah diremehkan meskipun diketahui tidak mengandung kebenaran yang mutlak. Catatan leluhur tersebut sebagai pedoman penghati-hati menginggat pengalaman leluhur.
Karena pentingnya memilih jodoh, dalam budaya Jawa ada perhitungan weton, yaitu perhitungan hari lahir kedua calon mempelai. Namun perhitungan ini bukanlah penentu diterima atau tidak. Hal ini lebih sering di pahami sebagai ramalan nasib masa depan kedua mempelai.***