Network
RINGTIMES BANYUWANGI – Setiap kali tidur kita akan bermimpi, meskipun sebagian besar isi mimpi itu tak dapat kita ingat secara jelas lagi ketika terbangun dan hanya sebagian kecil yang kita ingat.
Mimpi yang kita alami, bisa saja mimpi yang menyenangkan sehingga sekalipun dalam tidur kita akan merasakan bahagia bahkan setelah bangun tidur.
Sebaliknya, kita juga seringkali mengalami mimpi buruk yang membuat kita merasakan perasaan berkecamuk seperti frustasi, takut, tegang dan menyesal di dalam mimpi itu hingga saat terbangun.
Baca Juga: Apakah Mimpi Bisa Dipercaya? Ustadz Adi Hidayat Beri Penjelasan
Bermimpi tentang melihat atau merasakan kiamat adalah salah satu mimpi yang membuat kita merasa tegang dan resah tentang arti dari mimpi tersebut.
Menanggapi hal ini, mari kita simak arti mimpi kiamat menurut Ustadz Rahmat Baequni, dilansir dari Youtube Teras Dakwah pada Rabu, 22 September 2021:
Arti Mimpi Merasakan Kiamat
Ustadz Rahmat Baequni mengatakan bahwa bermimpi tentang melihat atau merasakan peristiwa kiamat adalah karunia dari Allah SWT yang patut ia syukuri.
Baca Juga: 3 Arti Mimpi Melihat Ular Menurut Buya Rohbiel, Benarkah akan Mendapat Musuh?
Arti mimpi buruk ini adalah sebuah peringatan dari Allah SWT kepada seseorang bahwa kondisinya saat ini tidak aman.
“Dan itu adalah tanda kasih dari Allah SWT,” ucap Ustadz Rahmat Baequni.
Hadirnya mimpi buruk merupakan peringatan yang seharusnya membuat kita hijrah, segera bertaubat kepada Allah STW dan meninggalkan semua kelalaian yang kita lakukan.
Baca Juga: Makna Mimpi Rasulullah SAW Menurut Buya Yahya, Ia Patut Bergembira
“Mimpi kiamat hadir sebagai isyarat dari Allah SWT bahwa kita lalai, pada intinya adalah kasih sayang Allah untuk mengingatkan bahwa kondisimu sedang tidak aman, buru-buru kamu bertaubat,” ucap Ustadz Rahmat Baequni.
Selanjutnya jika ada perasaan menyesal lalu berubah setelah bermimpi merasakan kiamat, itu adalah pertanda bahwa ia berhasil memetik hikmah dari peringatan Allah SWT.
Mimpi ini adalah bentuk kasih sayang Allah SWT kepada hambanya yang beriman sehingga boleh untuk diceritakan kepada orang lain.***
