Sejak 2017, menurut laporan dari sebuah Kelompok Krisis Internasional bulan lalu, pelanggaran di Ituri telah menewaskan sekitar 1000 orang dan mengungsikan 500.000 ribu orang warga.
Pelanggaran tersebut meningkat setelah para tentara melancarkan tindak kekerasan pada kelompok bersenjata tersebut pada bulan Oktober.
Baca Juga: Bikin Heboh, Seorang Bayi Ditemukan Warga Palmerah dengan Ari-ari Masih Nempel
Komisi HAM UN pada Juni lalu menyatakan bahwa terdapat sekitar 636 orang meninggal sejak awal tahun.
Mereka mengungkapkan, penyerangan tersebut menyebar ke daerah baru setelah CODECO pecah, diikuti tewasnya pemimpin mereka, Ngudjolo Duduko Justin, pada Maret lalu.
Pertumpahan darah di Ituri merupakan bagian dari campur aduknya masalah yang ditimbulkan oleh kelompok bersenjata di DRC timur, yang merupakan bekas konflik di tahun 1990an.***