RINGTIMES BANYUWANGI - Solar Dynamics Observatory NASA baru-baru ini melihat bahwa adanya semburan api matahari terbesar yang terlihat sejak 2017 lalu.
Semburan matahari yang disebut dengan flare matahari ini seringkali dikaitkan dengan adanya peningkatan aktivitas bintik matahari, dimana bintik-bintik gelap itu muncul di permukaannya.
Flare matahari ini berpotensi merusak komunikasi satelit dan jaringan listrik di bumi. Namun, kabarnya, flare ini belum melewati ambang batas yang ditetapkan oleh Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa pemerintah Amerika Serikat.
Baca Juga: Terkait Pesawat Tempur Sukhoi, Negosiasi Indonesia dan Rusia Jadi Tanda Tanya
Dikutip dari Digital Trends, flare itu menarik, karena menunjukkan bahwa Matahari mungkin memasuki fase baru dari siklusnya.
Matahari diperkirakan saat ini berada dalam periode aktivitas minimal, yang disebut minimum Matahari.
Baca Juga: Benarkah Metro TV Akui Anies adalah Presiden RI?, Mari Simak Faktanya
Seperti kami kutip dari artikel berjudul Ilmuwan NASA Sebut Kemunculan Flare Matahari Jadi Tanda Akhir dari Siklus Saat Ini
Kemunculan semburan Matahari besar ini dapat mengindikasikan bahwa minimum Matahari akan segera berakhir.
Hal ini menandai akhir dari siklus Matahari saat ini, yang disebut Solar Cycle 24, dan awal Solar Cycle 25.