Drone Bersenjata Diperbarui, Ahli Senjata Khawatir Konflik Global

- 13 Juni 2020, 15:15 WIB
ILUSTRASI drone.*
ILUSTRASI drone.* /Pixabay/

Heidi Grant menolak menyebutkan nama negara-negara tertentu yang menurut Pentagon harus mendapatkan lebih banyak persenjataan buatan AS.

Penolakan memberikan komentar perihal perubahan kebijakan tersebut pun dilakukan oleh Departemen Luar Negeri AS dan pihak Gedung Putih.

Pada bulan Mei, badan-badan AS termasuk Departemen Perdagangan, Energi, Keadilan, dan Keamanan Dalam Negeri menyetujui perubahan kebijakan tersebut.

Baca Juga: Memanas, Stefani Liviu: Rubennya Meminta Kita Ngasih 50 Persen

Departemen Luar Negeri AS pun diharapkan untuk menyetujui penjualan drone partama di bawah interpretasi baru segera setelah musim panas ini.

Perubahan dijadwalkan untuk ditinjau oleh Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih pada pertemuan 16 Juni, kata salah satu eksekutif dan mantan pejabat AS, dengan pengetahuan tentang diskusi kebijakan internal.

Dewan itu diharapkan mendukung perubahan kebijakan dan mendiskusikan kemungkinan pengumuman Gedung Putih, kata mereka.

Baca Juga: Berikut 2 Cara Membuat Pisang agar Cepat Matang Hanya 15 Menit

Rachel Stohl, seorang ahli senjata di Stimson Center di Washington menanggapi jika peningkatan penjualan drone bersenjata terjadi, hal itu akan meningkatkan ancaman konflik global.

"Begitu mereka meninggalkan kontrol AS, kami kehilangan kemampuan untuk memengaruhi cara dan di mana mereka digunakan," ucapnya.(Ramadhan Dwi Waluya).

Halaman:

Editor: Galih Ferdiansyah

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah