Pembiasan Cahaya dan Kaitannya dengan Peristiwa Terbentuknya Pelangi

- 20 Agustus 2020, 08:50 WIB
Pembiasan Cahaya dan Kaitannya dengan Peristiwa Terbentuknya Pelangi
Pembiasan Cahaya dan Kaitannya dengan Peristiwa Terbentuknya Pelangi /

RINGTIMES BANYUWANGI- Pelangi, fenomena alam yang satu ini terjadi karena adanya peristiwa pembiasan cahaya, lho! Wah, apa tuh pembiasan cahaya?
Sebelumnya, kamu sudah belajar mengenai pemantulan cahaya dan macam-macamnya, ya.

Ternyata, selain cahaya dapat dipantulkan, cahaya juga dapat dibelokkan, lho.

Peristiwa pembelokan cahaya inilah yang disebut dengan pembiasan cahaya.

Menurut definisinya, pembiasan cahaya merupakan peristiwa pembelokan arah rambat cahaya karena melewati dua medium dengan kerapatan optik yang berbeda.

Baca Juga: Jadwal SCTV Kamis 20 Agustus 2020, yang Seru Dari Jendela SMP
Cahaya melewati dua medium dengan tingkat kerapatan yang berbeda, yaitu udara dan air. Udara memiliki susunan partikel yang lebih renggang, sehingga molekulnya dapat bergerak dengan bebas.

Berbeda dengan air, ia  memiliki susunan partikel yang lebih padat, sehingga molekulnya tidak mudah bergerak dengan bebas.

Oleh karena itu, udara memiliki kerapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan air.
Besar kerapatan optik suatu medium dihubungkan dengan indeks bias (n). Semakin besar indeks bias suatu medium, artinya semakin besar pula kerapatan optik medium tersebut.

Baca Juga: Jadwal Trans TV Kamis 20 Agustus 2020, Jangan Lewatkan Film Passengers

Akibatnya, cahaya yang melewati medium dengan indeks bias lebih besar (tingkat kerapatan yang besar) akan memiliki arah belok yang semakin besar pula.

Besar kecilnya arah belok cahaya ini diukur dari bidang batas antara dua mediumnya, ya.
Lalu, bagaimana jika suatu medium memiliki kerapatan optik yang kecil, seperti udara misalnya.

Nah, hal ini berarti berlaku kebalikannya. Medium dengan kerapatan optik yang kecil, berarti indeks bias medium tersebut juga kecil.

Akibatnya, cahaya yang melewati medium tersebut akan memiliki arah belok yang juga semakin kecil dari bidang batas antara dua medium.

Baca Juga: Jadwal Acara Pertandingan Bola Kamis 20 Agustus 2020

Saat cahaya dibiaskan dari udara ke air, cahaya akan merambat dari medium yang kurang rapat ke medium yang lebih rapat.

Air memiliki indeks bias yang lebih besar dari udara (n2 > n1), sehingga arah belok cahaya dari bidang batas dua medium juga besar.

Oleh karena itu, cahaya akan dibiaskan/dibelokkan mendekati garis normal.

Sebaliknya, saat cahaya dibiaskan dari air ke udara, cahaya akan merambat dari medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat.

Baca Juga: Jadwal Trans TV Kamis 20 Agustus 2020, Jangan Lewatkan Film Passengers

Udara memiliki indeks bias yang lebih kecil dari air (n1 < n2), sehingga arah belok cahaya dari bidang batas dua medium juga kecil.

Oleh karena itu, cahaya akan dibiaskan/dibelokkan menjauhi garis normal.
Perlu kamu ketahui, pelangi tidak selalu dapat dilihat saat turun hujan, lho.

Alasannya karena posisi kita berdiri akan menentukan bisa atau tidaknya kita melihat pelangi.

Baca Juga: Jadwal Global TV Kamis 20 Agustus 2020, Ada The Man with The Iron Fists 2

Agar dapat melihat pelangi dengan jelas, saat hujan, kita harus berdiri membelakangi matahari.

Posisi matahari juga tidak boleh terlalu tinggi. Apabila terlalu tinggi, kita tidak akan bisa melihat pelangi sama sekali.

Makanya, kemungkinan terbesar pelangi akan terlihat, yaitu saat turun hujan di pagi atau sore hari.***

Editor: Dian Effendi

Sumber: Ruang Guru


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x