Pengerajin Ijuk dari Desa Bubuk Rogojampi, Tak Lekang oleh Zaman

26 Maret 2021, 12:15 WIB
Suparman pengrajin ijuk di Desa Bubuk, Rogojampi. /Ringtimes Banyuwangi/Huda/

RINGTIMES BANYUWANGI – Kerajinan berbahan ijuk atau dalam Bahasa Osing disebut Keduk masih menjadi salah satu mata pencaharian Warga Dusun Warengan, Desa Bubuk, Banyuwangi.

Sekadar tahu, Ijuk berasal dari serat pohon kolang kaling. Biasanya ijuk digunakan sebagai bahan baku membuat kerajinan seperti sapu, tampar, dan atap pondok.

Salah satu pengrajin Ijuk di Dusun Warengan, Suparman dari Dusun Warengan sekilas bercerita tentang jenis produk berbahan ijuk lengkap dengan sejarah singkatnya.

Kakek berambut putih ini mengaku telah menggeluti kerajinan ijuk sejak muda dan secara turun temurun dari generasi ke generasi.

Baca Juga: Sekdes Kaligung Paparkan Strategi Desa untuk Mengatasi Kemiskinan di Era Pandemi

Suparman menjelaskan, untuk memproduksi kerajinan ijuk, tidak membutuhkan modal besar. Sehingga, hal ini bisa menjadi peluang usaha yang cukup menjanjikan.

“Modal untuk memproduksi ijuk tidak terlalu besar namun untungnya sangat menjanjikan, contohnya kita beli satu ikat ijuk seratus ribu rupiah, itu untungnya bisa mencapai empat ratus ribu. Namun, prosesnya membutuhkan waktu yang cukup lama, itu yang jadi tantangan” kata Suparman, kepada Ringtimes Banyuwangi, pada Kamis 25 Maret 2021.

Saat ini, Suparman memiliki tujuh orang pekerja dengan usia rata-rata di atas 55 tahun.

Para pekerja itu setiap hari memproduksi kerajinan sapu dan tali tampar di rumah Suparman.

Menurut Suparman, kerajinan ijuk hasil produksinya sudah dipasarkan hingga luar kota dan luar pulau, seperti Bali. Bahkan, pemasaran kerajinan ijuk sudah sampai mancanegara, yakni India.

Baca Juga: Ipuk Festiandani Bantu Korban Bencana Puting Beliung di Desa Sraten, Banyuwangi

“Penjualan sapu ijuk ini biasanya pembelinya datang sendiri dan juga ada yang memasarkan,” ujar Suparman.

Untuk memperoleh ijuk, Suparman mendapat suplay dari warga yang bermukim di pinggir hutan, seperti lereng Gunung Raung dan Desa Kluncing.

Baca Juga: Dukung Program Desa Wisata, Kades Kemiren Ingin Pendampingan Berkelanjutan

“Gaji karyawan biasanya tergantung dari pendapatannya, dan biasanya satu kodi itu enam belas ribu rupiah itu kerja mulai jam tujuh sampai jam empat sore,” jelasnya.

Sementara itu, jumlah sapu ijuk yang berhasil ia produksi rata-rata 8 buah per hari. ***

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas

Tags

Terkini

Terpopuler