Apakah Doa Buruk Orang Tua Mustajab? Yuk Simak Kisah Juraij yang Didoakan Mati

27 Maret 2021, 20:15 WIB
Ilustrasi Doa buruk dari orangtua, mustajabkah? /Pixabay.com/Muhamad Suhkry Abbas

RINGTIMES BANYUWANGI – Salah satu keutaman orang tua dalam Islam adalah mustajabnya doa orang tua pada anaknya.

Dari Abu Hurairah ra, Rasullah SAW bersabda:

“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan doa orang yang dizalimi.” (HR. Abu, Daud, Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadist ini hasan).

Karena itu, sebagai orang tua sebaiknya berhati-hati ketika mendoakan anaknya.

Baca Juga: 9 Dosa Orang Tua kepada Anak, Ada yang Mencintai dengan Syarat

Baca Juga: Ayat Serta Arti Doa Sebelum dan Setelah Makan dan Minum

Hal ini dikarenakan doa baik maupun buruk orang tua pada anaknya akan dengan mudah dikabulkan oleh Allah SWT.

Kisah Juraij berikut membuktikan keutamaan doa seorang ibu yang memang mustajab. Tapi apakah doa buruk orang tua mustajab?

Dilansir oleh Ringtimesbanyuwangi.com dari kanal YouTube Doa Pedia pada 27 Maret 2021.

Baca Juga: 5 Kalimat yang Harus Dihindari Orang Tua kepada Anak-anaknya

Baca Juga: 6 Perbuatan Orang Tua Durhaka kepada Anak yang Dibenci Allah, Bisa Menimbulkan Dosa

Baca Juga: 5 Hadiah Membaca Doa Keluar Rumah, Lengkap dengan Bacaan Doa Keluar dan Masuk Rumah

Abu Hurairah ra. berkata, Rasullah SAW bersabda “Tidak ada bayi yang dapat berbicara dalam buaian kecuali Isa bin Maryam dan Juraij.” Lalu ada yang bertanya “Wahai Rasullah siapakah Juraij?”

Beliau bersabda, “Juraij adalah seorang rahib yang berdiam diri pada rumah peribadatannya (yang terletak di dataran tinggi/gurun). Terdapat seorang pengembara yang mengembalakan sapinya di lereng gunung tempat peribadatannya dan seorang wanita dari salah suatu desa menemui pengembala itu (untuk berbuat mesum dagangannya).

Suatu ketika datanglah ibu Juraij dan memanggilnya ketika ia sedang melaksanakan sholat, “Wahai Juraij” Juraij lalu bertanya dalam hatinya, “Apakah aku harus memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan sholatku?” Rupanya dia mengutamakan sholatnya.

Ibunya lalu memanggil untuk yang kedua kalinya. Juraij kembali bertanya di dalam hati, “Ibuku atau sholatku?” Rupanya dia mengutamaka sholatnya, Ibunya memanggil untuk kali ketiga. Juraij bertanya lagi dalam hatinya, “Ibuku atau sholatku?” Rupanya dia mengutamaka sholatnya.

Ketika sudah tidak menjawab panggilan, ibunya berkata, “Semoga Allah tidak mewafatkanmu, wahai Juraij, sampai wajahmu dipertontonkan di depan para pelacur.” Lalu ibunya pun pergi meninggalkannya.

Wanita yang menemui pengembala tadi dibawa menginap raja dalam keadaan telah melahirkan seorang anak. Raja itu bertanya kepada wanita tersebut, “Hasil dari hubungan dengan siapa anak ini?”

“Dari Juraij” jawab wanita itu. Raja lalu berkata lagi. “Apakah dia yang tinggal di tempat peribadatan itu?” “Benar” jawab wanita itu. Raja berkata “Hancurkan rumah peribatannya dan bawa dia kemari.”

Orang-orang lalu menghancurkan tempat peribadannya dengan kapak sampai rata dan mengikatnya tangannya dileherya dengan tali lalu membawanya menghadap raja. Di tengan perjalanan Juraij dilewatkan di hadapan para pelacur. Ketika melihatnya Juraij tersenyum dan para pelacur tersebut melihat Juraij yang berada di antara manusia.

Raja lalu bertanya padanya, “Siapa ini menurutmu?” Juraij balik bertanya “Siapa yang engkau maksud?” Raja berkata “Dia (wanita tadi) berkata bahwa anaknya adalah hasil hubungan denganmu.” Juraij bertanya “Apakah engkau telah berkata begitu?” “Benar” jawab wanita itu.

Juraij lalu bertanya, “Dimana bayi itu?” Orang-orang lalu menjawab “(itu) dipangkuan (ibu)nya”. Juraij lalu menemuinya dan bertanya pada bayi itu, “Siapa ayahmu?” Bayi itu menjawab, “Ayahku pengembara sapi” Konran sang raja berkata, “Apakah perlu kami bangun kembali ruah ibadahmu dengan bahan dari emas?” Juraij menjawab “Tidak perlu” “Ataukah dari perak?” lanjut sang raja. “Jangan”, jawab juraij.

“Lalu dari apa kami akan bangun rumah ibadahmu?” Tanya sang raja. Juraij menjawab, “Bangunlah seperti semula.”Raja lalu bertanya, “Mengapa engkau tersenyum?” Juraij menjwab “(Saya tertawa) karena suatu perkara yang telah aku ketahui, yaitu terkabulnya doa ibuku terhadap diriku.”

Kemudian Juraij memberitahuku hal itu kepada mereka.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrod no. 33 dikatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Abdul Mufrod no. 25).

Dari kisah tersbut Rasullah SAW melarang orang tua, baik ibu maupun ayah, mendoakan hal-hal yang buruk terjadi pada anaknya.

Karena mendoakan keburukan bagi anak merupakan salah satu bentuk kejahatan orang tua kepada anak.

Rasullah SAW bersabda, “Jangan kalian mendoakan keburukan-keburukan untuk diri kalian, atau anak-anak kalian, atau harta kalian. Jangan sampai kalian menempati suatu waktu yang pada waktu itu Allah SWR diminta sesuatu lantas Dia kabulkan doa kalian itu.” (HR. Muslim)

Semoga bermanfaat dan kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT.***

Editor: Shofia Munawaroh

Tags

Terkini

Terpopuler