Khutbah Idul Adha Paling Menyentuh, Hikmah dari Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail untuk Sebuah Keluarga

30 Juni 2022, 13:45 WIB
Naskah khutbah Jumat dalam rangka menyambut bulan Dzulhijjah 2022 berjudul tauhid dan istigfar merupakan tiang agama. /Pixabay.com / mohamed_hassan

RINGTIMES BANYUWANGI – Hari Raya Idul Adha akan segera tiba, terdapat beberapa syarat sah dalam pelaksanaannya. Salah satunya adalah khutbah saat sholat Hari Raya Idul Adha.

Selain memotong hewan qurban, salah satu proses yang wajib dilaksanakan saat berkurban ialah adanya khutbah ketika sholat Hari Raya Idul Adha yang diberikan oleh khatib.

Adapun khutbah saat Idul Adha memiliki banyak ragam, mulai dari yang sifatnya formal hingga khutbah yang menyedihkan.

Baca Juga: Khutbah Jumat di Minggu Terakhir Bulan Ramadhan: Jaga Lisan Setiap Saat Terutama Jelang Idul Fitri

Dilansir dari akun Youtube Farid Milenial pada 30 Juni 2022, berikut untaian khutbah Hari Raya Idul Adha yang paling menyentuh.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh. Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.

Alhamduhillahi huma fissama wati wama fil ar. Walahul hamdu fissama wati wal ar, wal hakimul khobir.

Allahumma salli fasallim wa barik ala sayyidina muhammadin wa ala alihi wa sabbihi aje main. Amma ba’at.

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia, di pagi hari yang mulia ini gema takbir memecah keinginan pagi 10 Zulhijjah 1443 H ini.

Baca Juga: Khutbah Singkat Hari Jumat Akhir Bulan Ramadhan: Hal yang Berkaitan dengan Harta 

Hari ini kita menyambut Idul Qurban dengan membesarkan dan mengagungkan Allah serta memujinya.

Pada hari ini kita diliputi rasa bahagia dan gembira, dipenuhi kasih sayang dan sungguh sejuk perasaaan kita semua dalam suasana hari ini.

Allahu akbar, Allahu akbar wa lillah ilham.

Dalam kisah Nabi Ibrahim as dengan keluarganya, Nabi Ibrahim mengalami berbagai banyak ujian.

Namun dalam banyaknya ujian tersebut, yang paling berat baginya ialah ujian ketika beliau diperintahkan oleh Allah untuk menyembeli anaknya sendiri yaitu Ismail as.

Seorang anak yang baik, cerdas, sholeh, taat dan patuh yang diharapkan kehadirannya sejak sekian lama.

Ujian ini sangat berat bagi nabi Ibrahim as, beliau mendatangi nabi Ismail as dan berkata “wahai anakku, aku bermimpi telah menyembelihmu, bagaimana pandaganmu wahai anak?”

Baca Juga: Materi Khutbah Jumat: Persiapan Menuju Hari Kemenangan 1443 H

Lalu Nabi Ismail as menjawab, “wahai ayahku, jika itu perintah dari Allah laksanakanlah, insya Allah engkau akan menemukanku bersama dengan orang-orang yang sabar.”

Ketika Nabi Ismail hendak ditebas oleh ayahnya yaitu Nabi Ibrahim, tiba-tiba Allah menggantinya dengan seekor qibas (hewan domba) yang digantikan di atas pangkuan Nabi Ismail.

Kisah ini memberikan kita contoh bagaimana ketaqwaan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail serta keikhlasan istrinya Siti Hajar.

Sungguh perjalanan kehidupan Nabi Ibrahim as yang menggambarkan kerukunan kebersamaan bersama keluarga. Kiranya perlu diteladani kesediaan berqurban dalam segala bentuk kehidupan.

Baca Juga: Materi Khutbah Idul Fitri 2022: 7 Golongan yang Merugi Selama Bulan Ramadhan Hingga Hari Kemenangan

Hadirin, hadirat yang insya Allah dirahmati oleh Allah.

Khususnya di zaman modern seperti sekarang ini, dimana banyak yang sadar atau tidak jalan dan pikiran mereka dalam mengatur rumah tangga mereka dipengaruhi oleh paham liberalisme dan individualisme barat yang sekuler.

Sehingga hubungan antara suami-istri, antara anak dengan orangtua, mengalami kerenggangan yang cenderung mengabaikan budaya sopan santun serta melecehkan budaya timur yang berakhlakul karimah.

Cobalah kita berpikir dengan akal dan pikiran yang jernih, betapa pengaruh gaya hidup masyarakat dunia sekarang ini semakin materialisme yang merusak tatanan keluarga semua lapisan masyarakat kita.

Maka dari itu untuk memperoleh hikmah dari hari raya Idul Adha perlu kiranya kita bertafakkur dan merenungi apa yang sebenarnya kita berikan kepada orangtua kita.

Baca Juga: Materi Singkat Khutbah Jumat: Cara Meraih Malam Lailatul Qadar dengan Melaksanakan 4 Amalan

Di zaman seperti ini semakin banyak hati orangtua yang disakit oleh anak mereka. Sehingga sering kali kita menjumpai orangtua yang mengeluh terhadap perilaku anaknya.

Fenomena yang menunjukkan hancurnya perasaan seorang ibu yang dahulu mengandung anak-anaknya dan juga ayah yang mencarikan nafkah untuk anak-anaknya. Apabila di usia senja mereka mendapatkan perlakuan kasar dari anak-anaknya yang sudah dewasa.

Dulunya mereka disayangi melebihi apapun, lantas sejak beranjak dewasa mereka mendapatkan perlakuan yang menyakitkan hari mereka.

Apalagi kalau anak-anaknya merasa sukses lalu memandang rendah ibu bapaknya bahkan tidak sedikit anak yang menelantarkan kedua orangtua mereka.

Tapi hati seorang ibu dan ayah sangat lembut dan senantiasa memaafkan keselahan-kesalahan anak-anak mereka.

Jika orangtua kita sudah tidak ada maka di saat itulah muncul rasa penyesalan yang besar, penyesalan yang tidak ada gunanya lagi.

Baca Juga: Materi Khutbah Jumat, Amalan Mudah Kadang Disepelekan

Kita hanya bisa melihat mukenah mereka yang telipat dan peci mereka yang tergantung. Mereka telah meninggal kita di dunia ini.

Sebagai kesimpulan, sebagai ketaan kita kepada Allah dengan berqurban kepada Allah dan taat kepada kedua orangtua.

Seberapa buruk orangtua kamu, mereka lebih hebat dari semuanya. Mereka orang yang selalu ada di dalam kehidupan kita dalam kondisi apapun.

Semoga segala maaf yang belum sempat kita ucapkan kepada mereka telah Allah maafkan dan semoga segala amalan mereka diterima disisi Allah dan diampuni segala dosanya.

Semoga Allah senantiasa meridho segala aktifitas kita. ***

Editor: Shofia Munawaroh

Tags

Terkini

Terpopuler