Gus Baha: Hidup Itu Harus Bahagia, Ceramahnya Berikan Petunjuk Menata Hati

- 28 Juli 2021, 12:20 WIB
Gus Baha sering mengingatkan agar hidup itu jangan dibuat susah. Apapun takdir yang dijumpai harus dijalani dengan bahagia.
Gus Baha sering mengingatkan agar hidup itu jangan dibuat susah. Apapun takdir yang dijumpai harus dijalani dengan bahagia. /Instagram/@ngajigusbaha

RINGTIMES BANYUWANGI - Gus Baha kerap mengingatkan pada santrinya agar hidup itu jangan dibuat susah dan tidak enak. Apapun takdir yang dijumpai dalam hidup harus dijalani dengan bahagia.
 
Gus Baha terkenal dengan ceramahnya yang berisi namun disampaikan dengan gaya bahasa yang menyenangkan. Meskipun banyak disisipi guyonan, namun semua itu ada ilmunya.
 
Bahkan hingga saat ini, Gus Baha dalam membawakan ceramahnya tidak pernah menunjukkan wajah kesusahan. Seolah-olah dalam kamus hidupnya tidak mengenal kata 'susah'.
 
 
Susah merupakan sebuah rasa dalam menyikapi kondisi hidup yang serba kesulitan. Sampai-sampai menyebabkan orang yang mengalaminya merasa terjepit, tidak leluasa, dan tidak bahagia dalam menjalani hidupnya.

Namun perlu digaris bawahi, rasa susah dalam hidup ini tidak hanya dijumpai pada orang yang serba kekurangan dalam hal finansial, bahkan untuk orang yang berkecukupan pun tidak jarang mengalaminya. Siapapun bisa merasa susah.

"Bangun tidur tapi malah merasa susah, sesak, dan sumpek memikirkan perkara dunia, sama saja dengan menentang keputusan Pengeran (Tuhan/Allah)," kata Gus Baha dalam sebuah ceramah dilansir dari akun Youtube Kalam - Kajian Islam pada hari Rabu, 28 Juli 2021.
 
 
"Saya itu malu kalau merasa susah, seolah-olah Pengeran salah kelola atau salah pilih atas takdir-takdir kita," lanjut Gus Baha.

Setiap manusia dalam menjalani hidupnya sudah dilengkapi dengan takdirnya masing-masing. Ada sebagian orang yang hari ini ditakdirkan sehat, ada sebagian yang ditakdirkan sakit, bahkan ada yang ditakdirkan untuk kembali ke rahmatullah.

Seperti apapun kondisinya, kita harus bisa mencari sisi positif dari setiap hal yang menimpa kita.

Semisal kita sedang ditakdirkan sakit, maka kita harus memiliki keyakinan bahwa rasa sakit yang kita alami dapat menggugurkan dosa-dosa kita.
 

Semisal rejeki kita berlimpah, jangan terobsesi dengan apa-apa yang tidak kita punya. Syukuri, bagikan sebagian dari rejeki tersebut untuk orang yang membutuhkan.

Semisal rejeki kita hari ini sempit, kita masih bisa mensyukuri nikmat diberikan hidup atau kesempatan berusaha, dan lain sebagainya. Dari sudut pandang seperti itulah kita bisa mengenal kebahagiaan.

Kemudian Gus Baha merujuk pada keyakinan Imam Ghazali terhadap suatu hadits yang menerangkan bahwa, umat Nabi Muhammad SAW yang baik itu tertawanya keras-keras karena saking yakinnya terhadap keluasan rahmat Allah.
 

Umat Nabi yang baik juga bisa merasa susah, akan tetapi susahnya itu disebabkan oleh dosa-dosanya dan juga karena rasa takut terhadap siksaan dari Allah. Tentu rasa sedih ini tidak ditampakkan di depan orang banyak.
 
Jadi, kalau di tengah keramaian dan bertemu banyak orang tidak perlu menunjukkan rasa susah. Tunjukkanlah rasa gembira, salurkanlah rasa bahagia.
 
Pada akhirnya, meskipun umat Nabi yang baik bisa merasa susah, akan tetapi tidak pernah ada ceritanya mereka merasa susah atas perkara-perkara dunia.

Gus Baha kemudian mengatakan, aga rahmat Allah mengalir deras dalam kehidupan kita, umat muslim harus menjalani urusan-urusan dunia dengan bahagia.***

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x