Makna di Balik Surah Al Ikhlas, Berisi Penegasan tentang Memurnikan Keesaan Allah SWT

- 27 November 2021, 09:00 WIB
Berikut ini ialah makna di balik surah Al-Ikhlas berdasarkan tausiah Ustadz M. Quraish Shihab, Memurnikan Keesaan Allah SWT.
Berikut ini ialah makna di balik surah Al-Ikhlas berdasarkan tausiah Ustadz M. Quraish Shihab, Memurnikan Keesaan Allah SWT. /Unsplash.com/GR Stocks

RINGTIMES BANYUWANGI - Simak selengkapnya mengenai makna di balik surah Al-Ikhlas yang berarti Memurnikan Keesaan Allah SWT.

Surah Al-Ikhlas merupakan salah satu dari golongan ruah Makkiyah atau surah yang diturunkan di kota Makkah.

Surah ini berisi penegasan mengenai keesaan Allah SWT, di dalam penegasan tersebut juga terdapat pernyataan-pernyataan yang dapat membalikkan sesuatu yang digunakan untuk menyekutukan-Nya.

Berdasarkan podcast tausiah Ustadz M. Quraish Shihab yang dilansir dalam chanel Youtube Quraish Shihab pada 26 November 2021, berikut ini makna di balik surah Al-Ikhlas.

Baca Juga: Makna Surah Ali Imran Ayat 157 158, Latin dan Terjemahan

Sebagaimana seorang Muslim yang memenuhi keenam rukun iman sedari kecil, rukun iman yang pertama ialah percaya kepada Allah SWT.

Mengapa manusia harus percaya adanya Tuhan? Mungkin memang terdengar masuk akal, bahkan beberapa orang mungkin dapat membuktikan bahwa tidak ada Tuhan di dunia ini.

Kita tidak mampu melayani akal dengan akal, terlebih dengan akal orang lain. Sebaliknya, keyakinan itu muncul dalam harti kita.

Baca Juga: 4 Amalan di Hari Jumat yang Khasiatnya Luar Biasa, Tak Hanya Membaca Surah Al Kahfi

Dalam Al-Qur'an digambarkan sebagaimana kaum musyrik yang semasa hidupnya selalu menyekutukan Allah, tetapi saat ia berada dalam kesusahan ia meminta pertolongan kepada Allah sebagai satu-satunya zat yang dapat memberinya pertolongan.

Dalam surah Al-Ikhlas ayat pertama, lafadz "Qul huwa Allahu ahad," kata ahad dalam lafadz tersebut berasal dari kata wihdah ini serupa dengan kata wahid yang berarti satu.

Namun, ahad tidak sama dengan wahid. Hal ini disebabkan karena wahid atau satu, dapat dibayangkan bilangan sebelumnya, yakni 0. Dan bilangan satu, dapat ditambahkan menjadi dua. Namun jika satu-satunya, 0 ataupun dua tadi tidak pernah akan dibayangkan.

Baca Juga: Keutamaan dan Cara Mengamalkan Ayat Kursi, Syekh Ali Jaber: Bisa Mengantarkan Kita ke Surga

Segala sesuatu yang berkaitan dengan Allah SWT, itu tidak akan pernah ada duanya. Hanya Allah SWT satu-satunya.

Tuhan itu satu-satunya, sedangkan "satu" itu adalah sifatnya.

Allah SWT maha melihat, tetapi bukan berarti Allah SWT memiliki mata yang berfungsi sebagai indera pengelihatan seperti mahkluk. Sifat melihat Allah SWT tidak sama seperti makhluk-Nya.

Allah SWT Maha Esa, tidak ada yang sama dengan Dzat yang dimiliki Allah SWT.

Allah SWT satu, bukan berarti terdapat bagian-bagian didalamnya. Allah SWT Maha Esa dalam Dzat-Nya, tidak ada yang sama dengan apa yang Allah SWT miliki.

Baca Juga: Pesan Penting dan Kabar Gembira dari Surah Ad Dhuha untuk Seluruh Umat Islam di Dunia

Seseorang akan patuh pada sesuatu karena dua hal, yakni karena cinta, atau bahkan karena takut. Ketakutan itu muncul karena mungkin orang tersebut tidak memiliki kekuatan untuk menghadapi orang lain.

Dalam hidup, orang yang lemah secara sadar atau tidak harus patuh pada seseorang yang lebih kuat.

Allah SWT menguasai alam semesta yang kita tinggali, termasuk diri kita sendiri. Sebagai makhluk yang lemah, sudah sepatutnya kita patuh dan tunduk kepada-Nya.***

Editor: Suci Arin Annisa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah