Khutbah Jumat di Minggu Terakhir Bulan Ramadhan: Jaga Lisan Setiap Saat Terutama Jelang Idul Fitri

- 29 April 2022, 08:45 WIB
Ilustrasi khutbah Jumat akhir bulan Ramadhan tentang jaga lisan.
Ilustrasi khutbah Jumat akhir bulan Ramadhan tentang jaga lisan. /Pixabay/xusenru/

RINGTIMES BANYUWANG - Simak khutbah Jumat di minggu terakhir bulan Ramadhan dengan tema menjaga lisan. 

Khutbah Jumat kali ini akan mengingatkan kita semua untuk senantiasa menjaga lisan setiap saat. 

Melalui lisan yang baik, kita akan mampu menjaga iman dan taqwa kepada allah SWT. Khutbah Jumat ini sangat cocok disampaikan saat jelang Hari Raya. 

Baca Juga: Khutbah Singkat Hari Jumat Akhir Bulan Ramadhan: Hal yang Berkaitan dengan Harta 

Ketika Idul Fitri tiba, banyak di antara kita yang akan melakukan silaturahmi. Saat bertemu sanak saudara maupun kerabat, jangan sampai lidah kita malah menjadi pedang pengrusak. 

Jaga selalu lisan supaya momen suci bersilaturahmi dapat terjalin dengan lebih baik. Selain itu menjaga lisan akan membantu kita memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan. 

Simak khutbah berikut yang cocok untuk mengisi hari Jumat terakhir di bulan Ramadhan.

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di SeputarLampung.com dengan judul: Khutbah Jumat Terbaru di Bulan Ramadhan, 8 April 2022 Tema: Lisanmu adalah Hargamu

Khutbah Pertama:

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ.

أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى رَسُولِكَ مُحَمَدٍ وَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَلاَهُ، أمَّا بَعْدُ.

فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَتُمْ مُسْلِمُونَ

Jama’ah Shalat Jum’at rahimakumullah

Baca Juga: Materi Khutbah Jumat: Persiapan Menuju Hari Kemenangan 1443 H

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kita kepada Allah SWT, karena tanpa kita meminta semua yang kita butuhkan telah Allah sediakan dengan cuma-cuma.

Semua yang sekarang ada yang menopang kebutuhan dasar hidup makhluk ini acapakali kita anggap ada dengan sendirinya. Padahal tidak, semua itu ada karena kuasan-Nya semata.

Semua ada karena rahman dan rahim Allah kepada kita. Namun, sangat sedikit di antara kita yang mau bersyukur.

Jangan sampai kita dipaksa untuk sadar manakala kita sudah terbaring tidak berdaya, manakala semua yang kita anggap biasa itu menjadi tidak biasa lagi.

Baca Juga: Materi Singkat Khutbah Jumat: Cara Meraih Malam Lailatul Qadar dengan Melaksanakan 4 Amalan

Manakala sekedar untuk bernafas pun kita memerlukan bantuan alat yang mahal.

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengantarkan dan mengenalkan kita pada nikmatnya iman dan Islam.

Dalam surat Al-Isra’ ayat 53 Allah SwT telah berfirman

وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُواْ ٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ يَنزَغُ بَيۡنَهُمۡۚ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ كَانَ لِلۡإِنسَٰنِ عَدُوّٗا مُّبِينٗا ٥٣

Dan Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia

Tanpa memerlukan rujukan tafsir apapun, kita bisa paham kalu ayat ini sudah jelas memerintahkan kepada setiap manusia untuk hanya mengucapkan kalimat yang baik, karena kalau kita salah memilih kata dalam berbicara, ditambah andil syetan, hal itu bisa menimbulkan perselisihan.

Baca Juga: Materi Khutbah Jumat 17 September 2021, Bahaya Ghibah

Akibat dari pemilihan kata yang tidak baik itu terbukti secara nyata pada tahun 2016 yang lalu. Seorang pemimpin daerah yang dikenal suka berkata kasar (namun dicitrakan sebagai perkataan yang jujur) akhirnya terantuk batu. Kebiasaannya berkata kasar dan sembrono akhirnya melampaui batas kepantasan.

Kehebohan yang luar biasa pun tersulut dari lisan yang sembrono itu. Sungguh sangat tepat kalau Rasulullah SAW juga bersabda

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah dia berkata yang baik atau hendaklah diam.” (HR Bukhari dan Muslim).

Hadits ini secara tegas menyatakan kalau kita tidak yakin apa yang akan kita ucapkan itu merupakan suatu yang baik dan akan membawa akibat yang baik pula, maka lebih baik kita diam.

Diam itu emas. Diam itu lebih baik daripada berkata yang tidak benar, daripada mengatakan sesuatu yang tidak membawa dampak yang baik.

Baca Juga: Materi Khutbah Jumat, Amalan Mudah Kadang Disepelekan

Mengapa demikian? Karena setiap ucapan yang kita keluarkan itu pada akhirnya harus kita pertanggungjawabkan. Hal itu sesuai dengan Firman Allah dalam surat Qaf ayat 18

مَّا يَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَيۡهِ رَقِيبٌ عَتِيدٞ ١٨

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir.

Oleh karena itu dalam suatu kesempatan, ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr Haedar Nashir meyatakan, “Seorang pemimpin harus pandai untuk merawat kata, karena dari kata itulah sering ada bencana”.

Jama’ah Shalat Jum’at rahimakumullah

Kalau kita cermati lebih mendalam, teramat banyak ajaran maupun perintah Allah dan Rasul-Nya kepada kita semua agar kita senantiasa cermat dalam menjaga lisan kita ini. Meskipun dalam keadaan marah sekalipun.

Dalam hal ini ada nasehat sederhana dari pepatah timur, yang patut kita renungkan. “Manusia diberi dua telinga dan satu mulut, kalau direnungkan itu mengandung maksud Allah, sang pencipta kita itu, menginginkan manusia itu lebih banyak mendengar daripada berbicara”.

Namun, di masa sekarang ini siapakah di antara kita yang lebih suka mendengar daripada berbicara. Kita cenderung menginginkankan orang lain untuk mendengarkan kita.

Bahkan kalau perlu memaksa orang lain supaya mau mendengarkan kita juga untuk memperhatikan kepentingan kita. Namun, sangat sedikit yang mau lebih banyak mendengar.

Baca Juga: Materi Khutbah Jumat, Amalan Mudah Kadang Disepelekan

Sangat sedikit di antara kita yang mau lebih mengerti urusan orang lain. Kita cenderung menganggap orang lain itu tidak penting.

Dan yang penting adalah diri kita sendiri, maka kita lebih suka berbicara, bahkan kalau perlu berteriak supaya didengar tanpa pernah mau mendengarkan pendapat orang lain.

Padahal mulut kita itu cuma satu dan telinga kita itu dia di samping kanan kiri. Artinya kita harus mau mendengar semua perkara dari kedua sisi yang berbeda barulah kita berhak untuk berbicara tentang urusan itu.

Maka, sudah sangat tepat kalau Imam Syafii (Allahu yarham) memberikan nasehat kepada para muridnya, Apabila seseorang ingin berbicara, hendaklah berpikir dulu.

Bila jelas maslahatnya maka berbicaralah, dan jika dia ragu maka janganlah dia berbicara hingga nampak maslahatnya.

جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ الْمُحْسِنِيْنَ وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فِى عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

Itulah khutbah terkait menjaga lisan yang cocok disampaikan pada Jumat terakhir Ramadhan untuk memaksimalkan ibadah ditambah persiapan Idul Fitri.*** (Hendra Sulistiono/SeputarLampung.com)

Editor: Shofia Munawaroh

Sumber: Seputar Lampung


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah