Kiai Hamid Pasuruan, Ulama Besar Pengagum Imam al-Ghazali

- 28 Juli 2020, 12:05 WIB
/

RINGTIMES BANYUWANGI - KH. Abdul Hamid Lahir pada tahun 1333 H, di Desa Sumber Girang, Lasem, Rembang, Jawa Tengah.Wafat 25 Desember 1985.

Perjalanan Pendidikannya dihabiskan di pesantren, mulai dari belajar di Pesantren Talangsari, Jember; Pesantren Kasingan, Rembang, Jateng; Pesantren Termas, Pacitan, Jatim. Pengabdian: pengasuh Pesantren Salafiyah, Pasuruan

Kiai Hamid muda sebenarnya adalah orang yang keras, hali ini seperti kesaksian dari Kiai Hasan Abdillah yang dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari berbagai sumber. 

Baca Juga: WHO Sebut Pandemi Covid-19 Saat ini Merupakan Darurat Kesehatan Global

“Kiai Hamid dulu sangat keras,” kata Kiai Hasan Abdillah.

Namun, kesabaran diakui tidak hanya oleh para santri, tapi juga oleh keluarga dan masyarakat serta umat islam yang pernah mengenalnya. 

Kiai Hamid lahir di Sumber Girang, sebuah desa di Lasem, Rembang, Jawa Tengah, pada tahun 1333 H. Ia adalah anak ketiga dari tujuh belas bersaudara, lima di antaranya saudara seibu. Kini, di antara ke 12 saudara kandungnya, tinggal dua orang yang masih hidup, yaitu Kiai Abdur Rahim, Lasem, dan Halimah.

Sedang dari lima saudara seibunya, tiga orang masih hidup, yaitu Marhamah, Maimanah dan Nashriyah, ketiganya di Pasuruan. Hamid dibesarkan di tengah keluarga santri. Ayahnya, Kiai umar, adalah seorang ulama di Lasem, dan ibunya adalah anak Kiai Shiddiq, yang juga ulama di Lasem dan meninggal di Jember, Jawa Timur. Beliau merupakan ayah dari KH. Machfudz Shiddiq, tokoh NU, dan KH. Ahmad Shiddiq, mantan Ro’is Am NU.

Pada umur sembilan tahun, ayahnya mulai mengajarinya ilmu fiqh dasar. Tiga tahun kemudian, Beliau mulai belajar di pesantren kakeknya, KH. Shiddiq, di Talangsari, Jember, Jawa Timur.

Baca Juga: LAGU DANGDUT : Lirik Lagu ‘Memandangmu’ oleh Ikke Nurjanah

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x