Sambut Hari Jumat yang Mulia dengan Mandi Junub

- 24 September 2020, 20:45 WIB
Ilustrasi jadwal sholat lima waktu di Indonesia*/Pixabay.com
Ilustrasi jadwal sholat lima waktu di Indonesia*/Pixabay.com /

RINGTIMES BANYUWANGI – Mandi junub mandi yang dilakukan untuk menghilangkan hadas besar agar ibadah yang dilakukan seorang muslim atau muslimah dapat dianggap sah.

Pada datngnya hari Jumat sehendaknya, seorang muslim mekakukan mandi junub untuk menyambut datangnya hari yang mulia, yakni hari Jumat. Pada hari Jumat seorang muslim harus melaksanakan sholat Jumat dan untuk itu, sebaiknya melakukan mandi junub untuk membersihkan dan mensucikan diri.

Dikutip dari rajapena.org hadist yang diyakini kuat katena diriwayatkan dari dua kitab hadis paling shahih serta menjadi rujukan utama untuk mencari hadis-hadis shahih yakni Shahih Bukhari dan Shahih Muslim:

Baca Juga: 3 Elemen Hunian Memperlancar Rezeki Menurut Feng Shui, Diantaranya Merawat Ikan Naga

Dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah SAW bersabda:

‘Barangsiapa mandi di hari Jumat seperti mandi janabah (mandi wajib atau junub), kemudian datang di waktu yang pertama (mendatangi masjid untuk salat Jumat), ia seperti berkurban seekor unta.

Barangsiapa yang datang di waktu yang kedua, maka ia seperti berkurban seekor sapi. Barangsiapa yang datang di waktu yang ketiga, ia seperti berkurban seekor kambing gibas.

Barangsiapa yang datang di waktu yang keempat, ia seperti berkurban seekor ayam. Dan barangsiapa yang datang di waktu yang kelima, maka ia seperti berkurban sebutir telur.

Apabila imam telah keluar (dan memulai khutbah), malaikat hadir dan ikut mendengarkan zikir (khutbah).’(HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis tersebut sebenarnya menunjukkan keutamaan sholat Jumat. Salah satu keutamaannya adalah kita dianjurkan untuk mandi junub (ghuslal janabah) sebelum sholat.

Disini tidak ada kata ‘memandikan atau membuat istri mandi’ seperti yang tercantum pada hadis sebelumnya. Dengan begitu jelas Rasulullah SAW hanya menganjurkan mandi junub saja.

Baca Juga: Tak Hanya Enak, Makan Cokelat Bisa Kurangi Resiko Hipertensi Bahkan Tingkatkan Seksualitas

Sehingga dalil yang kuat justru hanya mendukung mandi junub saja tanpa ada kaitannya dengan jima terlebih dahulu.

Coba perhatikan pernyataan Syekh Wahbah Az-Zuhayli berikut ini tentang waktu melakukan jima yang menjadi sunah Rasul:

‘Di dalam sunah tidak ada anjuran berhubungan seksual suami-istri di malam-malam tertentu, antara lain malam Senin atau malam Jumat. Tetapi ada segelintir ulama menyatakan anjuran hubungan seksual di malam Jumat’ (Syekh Az-Zuhayli, Wahbah.1985.Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh).

Kesimpulannya adalah tidak kita dapati sunah dan hadis Rasul yang memprioritaskan untuk jima pada malam Jumat.

Adapun yang memiliki dalil justru jima pada Jumat pagi namun tetap tidak bisa dipastikan mengingat hanya berupa tafsiran para ulama dan bukan kata-kata Rasul sendiri.

Sedangkan dalil yang menganjurkan untuk jima pada Jumat pagi pun diragukan oleh perawinya sendiri.

Hal yang lebih meyakinkan adalah berupa mandi junub saja sebelum sholat Jumat karena keterangan ini datang dari Shahih Bukhari dan Shahih Muslim yang jauh lebih terpercaya.

Dengan demikian hubungan badan suami-istri boleh dilakukan kapan saja tanpa mengistimewakan malam atau waktu-waktu tertentu. Maka istilah ‘malam Jumat adalah sunah Rasul’ belum tentu benar adanya karena tidak didasari dalil yang jelas dan kuat.***

 

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x