Seperti informasi gerakan lempeng atau pengukuran renggangan yang pada akhirnya menghasilkan gempa bumi.
Baca Juga: Link Verifikasi Email Pendaftaran Prakerja Gelombang 9 Sudah Dikirim, Segera Cek Email
Terkait dengan hasil riset Sri Widiyantoro, timnya menggunakan data GPS yang berasal dari 37 stasiun di Jawa Timur dan Jawa Tengah selama enam tahun terakhir.
Kesimpulannya menyebutkan bahwa area seismic gap tersebut mampu menjadi sumber gempa bumi di masa mendatang jika deformasi GPS yang diamati lebih kecil daripada laju gerak lempeng (defisit slip).
Adapula teori seismic gap yang memprediksi bahwa ukuran relatif dan frekuensi gempa bumi di suatu daerah tergantung pada ukuran dan frekuensi gempa bumi di daerah lain.
Baca Juga: Tak Hanya Enak, Kelengkeng Bisa Cegah Penuaan Dini, Katarak, Hingga Bantu Proses Diet
Misalnya, jika daerah yang mengalami banyak gempa kecil kemungkinan tinggi tak akan mengalami gempa besar.
Sementara wilayah yang tak pernah mengalami gempa bumi dalam jangka waktu lama, diprediksi akan mengalami gempa lebih besar.
Berdasarkan definisi dari laman Dictionary, seismic gap pun dapat disebut sebagai bagian dari sesar aktif yang mengalami sedikit atau tidak ada aktivitas seismik untuk waktu lama.
Baca Juga: Cek Fakta, Pelaku Penusuk Syekh Ali Jaber Mengaku Dibiayai Megawati dan PKI