RINGTIMES BANYUWANGI – Belajar jarak jauh merupakan alternatif terakhir bagi siswa saat masa pandemi virus Corona belum juga usai.
Dalam pembelajaran ini, diperlukan kerja sama antara siswa dan orangtua yang memantau, serta dipandu oleh guru dari jarak jauh melalui daring.
Namun, pada praktiknya, terdapat kendala yang menyebabkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tidak maksimal. Patut diakui bahwa kendala tersebut tidak hanya berasal dari satu aspek saja, misalnya paket data yang terbatas dikarenakan factor keuangan, atau keterbatasan pemahaman orangtua terhadap materi yang dipelajari siswa saat berada di rumah.
Baca Juga: Rumah Laudya Cynthia Bella Dijual, Raffi Ahmad: Ke Harga Mantan Pacar Lebih Murah, Kan Lebih Bagus
Namun, kebanyakan, kendala tersebut berasal dari kurang kreatifnya orangtua dalam mengarahkan anak ketika belajar. Seperti dikutip ringtimesbanyuwangi.com, dari pikiran-rakyat.com, hal ini serupa dengan yang dirasakan oleh para orang tua di Kampung Cibirubeet, RW 15 Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
"Ya banyak sekali orang tua yang merasa berat ketika harus menemani anak mereka belajar, sedangkan tugas sehari-hari baik di rumah maupun yang bekerja tetap harus ditunaikan. Selain itu, terlalu lama di rumah juga membuat anak-anak lebih keasyikan bermain sehingga tak sedikit dari mereka malas mengikuti PJJ," kata Taufik (21), anggota Karang Taruna Wanabakti RW 15.
Berangkat dari kondisi itu, Taufik dan sekitar sembilan rekannya di karang taruna, akhirnya berinisiatif untuk menggelar pembelajaran bersama bagi anak-anak di lingkungannya yang masih berstatus siswa Pra TK hingga SD. Dengan begitu, anak-anak di lingkungannya bisa kembali merasakan suasana belajar yang mirip di sekolah.
Baca Juga: Bom Mobil Berhasil Tewaskan 7 Orang di Suriah
Artikel ini sebelumnya telah terbit di Pikiran-Rakyat dengan judul Belajar Jarak Jauh Buat Orang Tua Mengeluh, Anak Bosan, Karang Taruna Wanabakti Buat Kelas Asyik
Pada prinsipnya, kata Taufik, para anggota Karang Taruna Wanabakti yang masih berstatus mahasiswa dan pelajar SMA itu berperan sebagai guru bagi adik-adik di lingkungannya. Mereka menemani mereka belajar, sekaligus belajar bersama karena mereka pun hingga saat ini masih harus menjalani sistem pembelajaran daring.