Keajaiban 'Riyadhoh' Sebagai Kunci Spiritual Suksesi Pendidikan di Kalangan Pesantren

- 2 Agustus 2020, 10:20 WIB
ILUSTRASI Santri Pondok Pesantren.*
ILUSTRASI Santri Pondok Pesantren.* /DOK. Pesantren Sabilil Muttaqin//DOK. Pesantren Sabilil Muttaqin

RINGTIMES BANYUWANGI - Pendidikan di Indonesia memiliki sejumlah kurikulum yang sering mengalami perubahan sejak awal dicetuskan pada tahun 1947 hingga 2013 yang masih digunakan saat ini.

Jika dibandingkan dengan pendidikan pesantren yang sejak kemunculannya sebelum didirikannya negara Indonesia, pendidikan di pesantren tidak mengalami perubahan kurikulum, meskipun pada prakteknya, terdapat  pengembangan metode yang digunakan seiring berkembangnya metode pendidikan di seluruh dunia.

Jangan tanya dari mana asal perkembangan metode tersebut, sebab kebanyakan keluarga pesantren mengirim anak-anaknya untuk belajar di pesantren di luar daerahnya bahkan di luar negeri. Maka tidak heran jika pesantren lebih bersifat multikultural dalam pengembangan metode pesantren.

Baca Juga: Gaji 13 Semakin Mewangi, Andin Hadiyanto: Kita Usahakan Sebelum Pertengahan Agustus

Namun, terdapat 'kunci paten' yang mendukung suksesi pembelajaran di pesantren, yakni Riyadhoh. Riyadhoh sendiri, dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari berbagai sumber, riyadhoh didefinisikan sebagai proses membiasakan diri melaksanakan ibadah-ibadah mahdhoh (ritual) dan ghairu mahdhoh. Sehingga, kedua macam ibadah itu menjadi budaya hidup kita sehari-hari.

Sedangkan menurut KH Mahrus Ali dalam Tahtiman Pesantren ‘Roudlotul Huda’ dan ‘Roudlotul Hidayah’ desa Margoyoso kecamatan Kalinyamatan yang dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari NUOnline, Ketua PC LDNU Jepara tersebut mengatakan bahwa terdapat tiga riyadhoh yang perlu diamalkan santri di luar ibadah mahdhoh yakni

1. Takhalli

Takhalli. Artinya, sebagai santri jasmani dan rohaninya harus bersih dan terhindar dari sifat madmumah (tercela).

Baca Juga: Sebelum Menjadi Istri Pangeran Harry, Begini Karir Keartisan Meghan Markle Sejak Umur 11 Tahun

Menurutnya, Ilmu itu termasuk barang yang suci. Ilmu tidak akan bersemayam dalam jasmani dan rohani yang tidak suci. maksudnya, ketika seorang santri  melakukan perbuatan tercela, baik kecil maupun besar, diketahui orang atau tidak, maka ilmu yang dia pelajari tidak akan dipahaminya.

Halaman:

Editor: Dian Effendi

Sumber: Instagram NU Online @nuonline_id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x