Menguak Ramalan Ronggowarsito Tentang Peristiwa Tahun 1930, 1945, 2019, hingga 2021

9 Desember 2020, 08:15 WIB
Menguak Ramalan Ronggowarsito /Pixabay

 

RINGTIMES BANYUWANGI – Telah kita ketahui dua tokoh dari Jawa sebagai peramal masa depan Nusantara, yaitu Prabu Jayabaya dari Kediri dan pujangga Jawa Ronggowarsito dari Kasunanan Surakarta.

Ramalan Jayabaya dan Ronggowarsito tidak pernah meleset, karenanya banyak masyarakat meyakini bahwa ramalan keduanya yang belum terjadi akan terwujud pada masa sekarang dan masa depan.

Namun, kita akan membahas terlebih dahulu ramalan Rongowarsito yang berkaitan dengan peristiwa tahun 1930, 1945, 2019, hingga 2021.

Baca Juga: Tanggal Gajian Tiba, Shopee Gajian Sale Punya Promo Spesial buat Kamu!

Ronggowarsito adalah pujangga Jawa keraton Surakarta yang hidup pada tahun 1802-1873. Dalam karyanya, Ronggowarsito tidak hanya meramalkan peristiwa yang terjadi pada 1930 dan 1945 saja, melainkan juga pada tahun 2019 hingga 2021.

Peristiwa tahun 2019-2020 diwarnai dengan pagebluk dan bencana, ternyata sudah diramalkan Ronggowarsito melalui serat Jaka Lodang, yang masih ditulis menggunakan aksara dan bahasa Jawa.

Namun, karya tersebut akhirnya diterjemahkan ke dalam bahasa yang mudah dipahami.

Dilansir Ringtimesbanyuwangi.com dari kanal YouTube Pawarta Jawa TV, Rabu 9 Desember 2020, berikut terjemahannya.

 Baca Juga: 6 Zodiak Ini Diprediksi Akan Sukses dan Bergelimang Harta di Awal Tahun 2021, Cek Punyamu Sekarang

1. Pupuh Sinom

Suatu waktu seluruh kehendak tak ada yang terwujud, apa yang dicita-citakan akan berantakan, apa yang dirancang menjadi gagal, yang ingin menang malah kalah.

Karena datangnya hukuman yang berat dari Tuhan, yang tampak hanya perbuatan tercela, orang besar akan kehilangan kebesarannya, lebih baik nama tercemar daripada mati, sedangkan yang kecil tidak mau tau akan keterbatasannya.

Banyak orang alim tetapi hanya bersifat semu, di luar tampak putih, namun di dalam kuning, banyak ulama berbuat maksiat, menghisap ganja, berbuat selingkuh, minum-minuman keras, dan berjudi.

Banyak haji melempar dan melepas ikat kepalanya, para wanita kehilangan kewanitaannya karena pengaruh harta benda, semua itu hanya kebendaan yang menjadi tujuannya.

 Baca Juga: Weton Wanita Ini Berpotensi Mudah Selingkuh Menurut Primbon Jawa, Cek Punyamu Sekarang Juga

Di antara para saudagar dan pedagang, hanya harta bendalah yang dihormati, seluruh isi dunia penuh dengan penderitaan, kesengsaran makin menjadi-menjadi.

Di tahun Jawa 1860 atau 1930 M yang akan menjadi tonggak sejarah. Pada akhirnya penderitaan akan terjadi.

Pada saat semua mulai bertobat dan menyerahkan diri kepada kekuasaan Tuhan dengan sepenuh hati.

2. Pupuh Gambuh

Mendengar semua itu mbok perawan merasa sedih, kemudian Jaka Lodang berkata lagi. Tetapi ketahuilah bahwa ada hukum, sebab musabab.

Di ramalan yang sudah ditentukan haruslah diusahakan agar segera dapat terjadi.

Zaman masih sama pada akhir pertengahan tahun Jawa 1877/1945 M. Akan ada keadilan antara sesama manusia dan itu sudah menjadi kehendak Tuhan.

Di waktu itulah seolah-olah orang mengantuk mendapat ketuk, yang berada banyak di jalan, yang mendapat gembira hatinya, sebab di dalam benda tersebut.

 Baca Juga: Mitos Larangan Weton Pahing dan Wage untuk Menikah, Benarkah Akan Menimbulkan Kesialan?

3. Pupuh Megatruh

Jaka Lodang datang berayun-ayun di antara dahan-dahan pohon, kemudian duduk tanpa kesopanan, dan berkata dengan keras.

Ingat-ingatlah, sudah menjadi kehendak Tuhan bahwa gunung-gunung yang tinggi itu akan merendah, sedangkan jurang yang curam akan tampil ke permukaan.

Karena kalah perang, maka akan diusir dari negaranya, namun jangan salah terima menguraikan kata-kata ini.

Sebab, bagaimanapun juga, meskipun merendah, jika gunung akan tetap masih terlihat bekasnya, lain sekali dengan jurang yang curang.

Jika tak ada tanggulnya, sangat rawan dan mudah longsor. Yang dimaksud dengan jurang dan gunung bukanlah bersifat fisik, namun hanya sebagai perlamban.

Semua yang dituturkan di muka sudah kehendak Tuhan, dan akan terjadi pada tahun Jawa 1850 atau 1919 hingga 1920 M.

 Baca Juga: Ramalan Nasib Berdasarkan Weton Menurut Primbon Jawa, Dengan Tujuh Angka Peruntungan

Setelah mencermati dengan seksama atas kandungan serat Jaka Lodang, kita dapat menangkap makna yang tersirat di dalam karya tersebut.

Pada Pupuh Sinom, kita dapat mengetahui bahwa ketika setiap usaha maksimal yang dilakukan banyak orang di tahun 1930, selalu mengalami kegagalan.

Mereka menyadari bahwa tahun 1930 yang diwarnai dengan letusan gunung Merapi tersebut adalah masa datangnya hukuman Tuhan.

Hal ini karena banyak orang munafik yang berlarut-larut melakukan perbuatan maksiat, menyimpang dari kodrat, dan mempertahankan benda-benda.

Pada Pupuh Megatruh, kita dapat menangkap bahwa Ronggowarsito sekadar menegaskan tentang hukum sebab musabab yang terjadi di tahun 1945.

Setiap kejahatan yang ditanam oleh setiap orang pada masa itu akan menuai penderitaan. Sedangkan, kebajikan yang ditanam akan menuai kebahagiaan.

Tidak heran bila bangsa Nusantara yang sekian lama hidup dalam cengkeraman bangsa kolonial, baik itu Belanda maupun Jepang, saat itu menuai kemerdekaan setelah sekian lama melakukan perjuangan.

Melalui Pupuh Gambuh, mengajarkan bahwa ketika bumi didera oleh hukuman Tuhan, baik berupa pagebluk maupun bencana alam, orang-orang yang semula tinggi dan hidup bergelimang harta, sebagaimana yang dilambangkan dengan gunung akan menyadari kekhilafannya.

Sementara itu, orang-orang bawah yang dilambangkan jurang akan mendapat pertolongan dari para dermawan dan terdongkrak nasib hidupnya.

Peristiwa di muka yang terjadi pada tahun 2020, yaitu ketika pagebluk atau pandemi Covid-19, banyak penguasa yang kaya raya mengalami kebangkrutan.

Sementara itu, banyak orang yang kekurangan harta mendapatkan bantuan dari pemerintah dan para dermawan.

Itulah isi dari ramalan Ronggowarsito pada serat Jaka Lodang yang sudah diterjemahkan. Hendaklah kita selalu ingat kepada Tuhan, serta waspada terhadap setiap peristiwa yang melingkupinya.***

 

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas

Tags

Terkini

Terpopuler