Sastrawan Ajip Rosidi, Putus Sekolah Buktikan Banyak Penghargaan

- 30 Juli 2020, 07:00 WIB
PARA penerima Hadiah Sastera Rancage berfoto bersama Ajip Rosidi (keempat kanan) dan pengurus Yayasan Kebudayaan Rancage pada malam penganugerahan Hadiah Sastera Rancage di Teater Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis 12 September 2019.*/PUGA HILAL BAYHAQIE/PR
PARA penerima Hadiah Sastera Rancage berfoto bersama Ajip Rosidi (keempat kanan) dan pengurus Yayasan Kebudayaan Rancage pada malam penganugerahan Hadiah Sastera Rancage di Teater Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis 12 September 2019.*/PUGA HILAL BAYHAQIE/PR /PUGA HILAL BAYHAQIE/

RINGTIMES BANYUWANGI -  Sastrawan dan budayawan Ajip Rosidi tutup usia kemarin pada Rabu, 29 Juli 2020, di RSUD Tidar Kota Magelang, Yogyakarta pada pukul 22.30 WIB. Ia dinyatakan wafat setelah menjalani perawatan pasca operasi pendarahan di otak.

Ia dirawat dan menjalani operasi di RSUD Tidar Kota Mogelang selama kurang lebih satu minggu setelah terjatuh di rumah anaknya di desa Pabelan kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang.

Kabar tersebut dibenarkan oleh Nundang Rundagi, salah satu putri dari Ajip yang dihubungi melalui telepon di Magelang Rabu malam lalu dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari ANTARA.

Baca Juga: Karya Sastra, Buah dari Perjalanan Spiritual Penulisnya

"Betul. Saya sedang 'ke sana kemari' (mengurus segala sesuatu,red) ini" tegas Nundang

Nundang belum bisa menyampaikan keterangan lebih lanjut tentang rencana persiapan pemakama, sebab ia masih mengurus jenazah ayahnya.

Berikut biografi Ajip Rosidi yang dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari berbagai sumber;

Ajip Rosidi adalah sastrawan, budayawan, dosen, dan redaktur penerbit serta pendiri dan Ketua Yayasan Kebudayaan Rancage.  Ia dilahirkan pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Cirebon, Jawa Barat.  Ketika usia Ajip Rosidi dua tahun, kedua orang tuanya berpisah sehingga ia diasuh oleh neneknya (dari pihak ibu), kemudian oleh pamannya (dari pihak bapak) yang bermukim di Jakarta.

Ia menempuh penddikan SMP di SMP di Jatiwangi (1953) serta SMPN VIII Jakarta (1953).  ia menempuh pendidikan SMA di Jakarta dengan berpindah-pindah dari SMA Jalan Batu bagian B (waktu belajarnya pagi hari) ke SMA Budi Utomo (waktu belajarnya sore hari), kemudian pindah ke Taman Siswa. Namun, ia tidak mengikuti ujian akhir SMA. Hal itu sengaja dilakukannya karena ia ingin membuktikan bahwa tanpa ijazah pun orang dapat hidup.

Baca Juga: Mengenal Hamzah Fansuri, Kiblat dari Semua Penyair di Indonesia yang Mendapat Anugerah dari Presiden

Halaman:

Editor: Dian Effendi

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x