Asal Usul Semeton Bali di Banyuwangi

- 9 Februari 2020, 01:49 WIB
PENARI cilik tengah menari di hadapan wisatawan saat Festival Meras Gandrung di Tarakota, Banyuwangi, Sabtu, 20 Juli 2019. Festival ini merupakan salah satu dari 99 event wisata Yang ditawarkan Banyuwangi.*/YULISTYNE KASUMANINGRUM/PR
PENARI cilik tengah menari di hadapan wisatawan saat Festival Meras Gandrung di Tarakota, Banyuwangi, Sabtu, 20 Juli 2019. Festival ini merupakan salah satu dari 99 event wisata Yang ditawarkan Banyuwangi.*/YULISTYNE KASUMANINGRUM/PR /yulistyne kasumaningrum/

Oleh : Made Widodo.

Leluhur orang Bali yang berada di Blambangan diyakini berawal saat terjadinya pergolakan dimasa Kerajaan Blambangan saat dipimpin Pangeran Pati dan adiknya Mas Wilis.

Saat itu Pangeran Pati ingin melepas hubungan dengan Kerajaan Mengwi Bali. mendengar kabar demikian, Raja Mengwi mengutus para prajuritnya untuk datang ke Blambangan guna menyelesaikan permasalahan tersebut.

Singkat cerita, berawal pada Tahun 1764 para prajurit Mengwi Bali yang dipimpin oleh Patih Kaba-kaba mendarat di Pantai Banyualit yang sekarang dikenal dengan Pantai Blimbingsari. Meraka datang ke Blambangan guna membantu pangeran Mas Wilis dalam perseteruan dengan kakaknya Pangeran Pati yang dikendalikan oleh VOC yang dibantu oleh kerajaan dari Madura dan Surabaya.

Dalam pertempuran tersebut, Pangeran Pati dapat dikalahkan lalu dibawa ke Mengwi dan meninggal di Pantai Seseh Tabanan. Sedangkan beberapa prajurit Kerajaan Mengwi memilih tinggal di Blambangan. Salah satunya adalah Buyut Lurah atau dikenal dengan julukan Singo Bali.

Baca Juga: Jas Merah

Buyut Lurah inilah yang diyakini menurunkan garis keturunan Orang Bali pertama di Banyuwangi. Tepatnya di Kampung Bali, di jalan I Gusti Ngurah Rai, Penganjuran, Banyuwangi. Beberapa tahun kemudian, menyusul beberapa orang Bali yang datang ke Blambangan, seperti Buyut Kirat, Buyut Druning. Mereka ini merupakan garis keturunan kedua.

Selanjutnya adalah Buyut Buang dan Buyut Sekar yang bermukim di Kampung Bali hingga tiga keturunan. Sekitar tahun 1819 mereka  berpindah ke Desa Patoman, Kecamatan Blimbingsari sebagai pekerja di masa Kolonialisme Belanda. Hingga saat ini sebagian besar penduduk Desa patoman merupakan keturunan dari dua buyut tersebut.

Kedatangan berikutnya pekrama Bali di Patoman dan Dusun Glondong, Desa Watukebo, Kecamatan Blimbingsari diperkirakan terjadi saat Gunung Agung meletus pada tahun 1843.

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x