Dialek Blambangan, Laporan Belanda J.W.De.Stoppelaar Desember 1925

- 21 Februari 2020, 13:40 WIB
Pendopo Banyuwangi sekitar tahun 1900-an/
Pendopo Banyuwangi sekitar tahun 1900-an/ /KITLV

RINGTIMES - Beberapa catatan ini tidak untuk menguraikan secara detail mengenai studi bahasa tentang dialek, hanya di maksud untuk membagi sedikit pengetahuan tentang hal itu. 

Banyuwangi adalah suatu daerah yang keadaanya terpencil, daerah itu banyak kata kata Bahasa Jawa Kuno yang dilain tempat sudah tidak digunakan lagi, tapi masih di pakai dalam bahasa using. 

Di lain pihak kata kata yang asing (misalnya Melayu) kadang kadang dalam bentuk yang sudah berubah  atau artinya yang berubah. 

Beberapa dari kata kata itu mendapatkan tempat di bawah ini.

Sebelumnya masih ada lagi beberapa catatan, Pertama mengenai ucapanya Huruf “i” pada akhir satu kata terdapat satu bagian kata yang terbuka di ucapkan sebagai “ai” hingga banyuwangi di ucapkan Banyuwangai. 

Baca Juga: Terduga Pelaku Percobaan Pembunuhan di Gintangan dikabarkan Pulang

Huruf “u” dalam keadaan ini diucapkan seperti “au” Lembu jadi Lembau, dibelakang setic, huruf “consonan” yang diikuti oleh huruf “a” di dalam sebuah “closed syllable” dengan suara “masal sound” maka dalam pengucapanya di tambah huruf “y”, misalnya gampang jadi gyampang, dengan kekecualian untuk “consonan” yang diikuti oleh huruf “h” maka kata ‘bahin” di ucapkan byahin. 

Yang kedua ini, di desa-desa terpencil di daerah pegunungan, orang tidak mengenal perbedaan antara bahasa ngoko dan Krama, bahasa krama tidak di bicarakan atau penggunaanya sudah terkikis atau memang karena tidak pernah dikenal. 

Sebagai akhir kata masih beberapa kata bahasa using, di maksud sebagai contoh saja, hanya sebagai perlengkapan;

Baca Juga: Pameran Lukisan Awogh Banyuwangi digelar 10 Hari

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x