Isu Vaksin Pfizer Akan Memperpendek Usia, Ini Faktanya

29 Mei 2021, 21:23 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19. Beredar kabar bahwa kita akan mati 2 tahun usai menjalani vaksinasi Covid-19, berikut penjelasannya apakah itu hoaks atau bukan. /Pixabay.com/ Alirazagurmani9272

RINGTIMES BANYUWANGI – Beredar kabar jika vaksin Pfizer bisa membuat penerima akan meninggal dunia dalam jangka dua tahun saja.

Kabar tersebut menyebar melalui pesan berantai di akun media sosial yang kemudian viral dan menjadi perbincangan masyarakat.

Pernyataan tersebut mencatat nama Ketua Saintis di firma Vaksin Pfizer yakni Michael Yeadon yang menyebut seseorang yang telah menerima vaksin Covid-19 akan meninggal setelah 2 tahun kemudian dengan artian memperpendek usia.

Berikut sebagian narasi pesan berantai yang tersebar dan sempat meresahkan masyarakat:

"YANG SUDAH DIVAKSIN SIAP2 MATI DINI"

Mike Yeadon bekas ketua saintis di firma vaksin Pfizer menyatakan bahwa kini sudah amat terlambat untuk menyelamatkan siapa yang sudah divaksin Covid-19.

Baca Juga: Menkes Minta Maaf Soal Penanganan Covid-19, Hilmi Firdausi: Kasihan Pak Anies

Beliau menyeru kepada semua yang belum menerima vaksin yang bisa membunuh itu untuk berjuang demi kesinambungan manusia dan nyawa anak2.

Pakar imunisasi terkenal ini mengingatkan fakta bhw proses menurunkan jumlah besar manusia yang hidup pada masa kini.

Sejurus selepas suntikan vaksin pertama terdapat sejumlah 0.8% akan mati dalam masa 2 minggu…”

Namun, apakah informasi meninggal dunia usai melakukan vaksinasi Pfizer tersebut benar?

Baca Juga: Puncak Covid-19 Diprediksi Naik pada Juni 2021, Wamenkes: Peningkatan Usai Lebaran 32 Persen

Ternyata, Michael Yeadon adalah seoang anti-vaksin yang kerap membuat konspirasi terkait program vaksinasi.

Bahkan mantan peneliti Pfizer tersebut pernah menyebarkan kebohongan soal proses vaksinasi.

Artikel ini sudah diterbitkan sebelumnya di Pikiran-Rakyat.com dengan judul Cek Fakta: Orang Menerima Vaksin Pfizer Akan Meninggal Dalam Waktu 2 Tahun, Simak Kebenarannya

Media mengungkap jika klaim Michael tak berlandaskan alasan yang ilmiah serta tak cukup bukti empiris.

Selain itu, Michael juga pernah membuat konspirasi soal vaksinasi berupa kemandulan, vaksinasi berefek mengerikan, hingga menyebut populasi dunia sudah kebal dari Covid-19.

Melalui penelusuran fakta oleh Instagram Jabarsabehoaks, ditemukan bahaya Michael Yeadon bekerja di Pfizer tahun 2011 sebagai Wakil Presiden dan Kepala Ilmuwan, bukan sebagai Ketua Saintis Pfizer.

Maka klaim yang disebutkan oleh mantan peneliti tersebut merupakan kabar tak benar atau hoaks karena tak berbukti empiris.***(Alza Ahdira/Pikiran Rakyat)

Editor: Shofia Munawaroh

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler