Cek Fakta, Singapura Dikabarkan Autopsi Jenazah Positif Covid 19

23 Juli 2021, 18:43 WIB
Ilustrasi jenazah positif Covid-19 di Singapura yang di autopsi. /Reuters/Danish Siddiqui/

RINGTIMES BANYUWANGI – Sebuah postingan di media sosial Facebook kembali menghebohkan warga tentang negara Singapura.

Pasalnya, Singapura disebut menjadi negara pertama di dunia yang melakukan autopsi kepada jenazah dengan status positif Covid-19.

Akun Facebook Nexcy Chank mengabarkan Singapura yang melakukan autopsi kepada jenazah Covid-19 melalui sebuah unggahannya.

Baca Juga: CEK FAKTA Vaksin Nusantara Diakui Dunia akan Hentikan Pandemi Covid-19, Periksa Kebenarannya

Dilansir dari Pikiranrakyat.com pada 23 Juli 2021, narasi dalam unggahan tersebut diklaim berasal dari ementrian Kesehatan (Kemenkes) Singapura dan menyebut bahwa  Singapura menjadi negara pertama yang melakukan autopsi pada jenazah Covid-19 dan menemukan bahwa Covid-19 bukanlah virus melainkan bakteri yang terpapar radiasi.

Hingga artikel ini dimuat, postingan tersebut telah disukai sebanyak 168 kali, komentar 45 kali, dan disebarluaskan sebanyak 92 kali.

“Setelah penyelidikan menyeluruh, ditemukan bahwa Covid-19 tidak ada sebagai virus, tetapi bakteri yang terpapar radiasi dan mengentalkan darah hingga menyebabkan kematian manusia,” tulis dalam pernyataan tersebut.

Baca Juga: Cek Fakta, Presiden Jokowi Serahkan Tambang Emas ke China Sebulan yang Lalu

Selain itu, dalam kabar tersebut dikatakan bahwa telah ditemukan penyakit Covid-19 menyebabkan penggumpalan darah, menyebabkan darah vena menggumpal.

Sehingga kondisi itu membuat orang sulit bernafas karena otak, jantung, dan paru-paru tidak bisa mendapatkan oksigen sehingga menyebabkan orang meninggal dunia. segera.

“Untuk mengetahui penyebab kekurangan energi pernapasan, dokter di Singapura tidak mengikuti prosedur WHO, tetapi melakukan autopsi untuk Covid-19. Dokter membuka lengan, kaki, dan bagian tubuh lainnya setelah pemeriksaan cermat dan menemukan bahwa pembuluh darah melebar dan dipenuhi gumpalan darah, menghalangi aliran darah dan mengurangi aliran oksigen. Di dalam tubuh, dapat menyebabkan kematian pasien,” katanya.

Kemudian dalam narasi tersebut, usai mengetahui penelitian itu, Kemenkes Singapura langsung mengubah rencana pengobatan Covid-19 dan mengonsumsi aspirin untuk pasien positifnya.

Baca Juga: Cek Fakta: Orang yang Sudah Vaksin Covid 19 Akan Mati dalam Waktu 2 Tahun

“Saya mulai mengonsumsi 100 mg dan Imromac. Hasilnya, pasien mulai pulih dan kesehatannya mulai membaik. Kementerian Kesehatan Singapura mengevakuasi lebih dari 14.000 pasien dalam satu hari dan memulangkan mereka,” katanya.

Dilansir dari turnbackhoax.id, klaim Singapura menjadi negara pertama di dunia yang melakukan autopsi pada jenazah Covid-19 adalah tidak benar.

Faktanya Kementerian Kesehatan Singapura belum melakukan autopsi seperti itu. Pesan tersebut menyatakan informasi palsu mengenai patofisiologi infeksi Covid-19, yang tidak didukung oleh bukti saat ini.

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Pikiranrakyat.com dengan judul Cek Fakta: Singapura Dikabarkan Jadi yang Pertama di Dunia Lakukan Autopsi Jenazah Covid-19, Simak Faktanya

Bahkan, informasi tersebut pernah beredar sebelumnya di negara Italia dan Rusia dan didaur ulang kembali.

Hoax daur ulang yang muncul kembali, dengan narasi yang menyebut Covid-19 adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh coronavirus jenis baru yaitu SARS-CoV-2.

Kami menghimbau kepada masyarakat untuk tidak menyebarkan informasi yang tidak berdasar yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Sebagaimana dikutip dari Pikiran-Rakyat.com melalui laman turnbackhoax, masyarakat bisa langsung mengunjungi situs www.moh.gov.sg untuk informasi terbaru tentang situasi Covid-19.

Demikian, melihat dari penjelasan tersebut klaim bahwa Singapura menjadi negara pertama yang melakukan autopsi pada jenazah Covid-19 dan Covid-19 bukan virus melainkan bakteri yang terpapar radiasi adalah tidak benar, sehingga termasuk dalam kategori Konten yang Menyesatkan/Misleading Content.*** (Nurul Khadijah/Pikiran Rakyat)

 

Editor: Shofia Munawaroh

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler