Ternyata Perokok Juga Rentan Tertular Covid-19, Simak Faktanya

2 Mei 2020, 16:10 WIB
ILUSTRASI rokok.* /SHUTTERBUG75/PIXABAY/

RINGTIMES  - Berkali-kali menjadi isu yang simpang siur di kalangan peneliti dan masyarakat Mengenai kerentanan perokok terhadap virus corona.

Merasa kebingungan, akhirnya dari 28 studi yang ada dapat disimpulkan bahwa penghirup asap tembakau itu lebih sulit terinfeksi COVID-19.

Dikutip RINGTIMES.com dari Daily Mail, puluhan penelitian ilmiah tersebut akhirnya digali kembali oleh sejumlah akademisi dari University College London (UCL).

Baca Juga: Membuka Lockdown Terlalu Dini Dapat Terjadi Covid-19 Gelombang 2

sumber berjudul: Peneliti Dibuat Bingung, Sudah Ada 28 Studi yang Klaim Perokok Sukar Tertular Corona

 Setelah ditelaah, ternyata studi-studi itu mendapati risiko infeksi parah dari virus corona yang 'lebih rendah dari perkiraan' pada para perokok.

Seorang profesor kesehatan masyarakat mengatakan bahwa itu menjadi sebuah keanehan yang meliputi perokok dan virus corona.

Kini, para pakar terus menggali dan mencari hubungan antara keduanya.

Baca Juga: Korban Penamparan Cabut Laporan Karena Iba dengan Kondisi Pelaku

Sebuah penelitian memperlihatkan bahwa jumlah perokok di dalam pasien COVID-19 di Inggris hanya lima persen.

Angka ini sama dengan sepertiga dari total perokok di Inggris yang mencapai 14,4 persen populasi.

Di Prancis, proporsinya bahkan empat kali lebih rendah. Di Tiongkok, salah satu studi mencatat 3,8 persen pasien adalah perokok.

Baca Juga: Cek Fakta: Nikita Mirzani Periksakan Kepalanya ke RS Pusat Otak

Padahal, lebih dari setengah penduduk Tiongkok senang mengisap asap gulungan tembakau itu.

Ulasan terhadap lima penelitian pada topik ini juga menunjukkan hasil yang sama -- perokok bisa menghindari infeksi serius, namun harapan hidup mereka jauh lebih buruk jika benar-benar terjadi.

Dua penulis ulasan UCL tersebut bahkan mendapat dana penelitian untuk menghentikan perokok.

Baca Juga: Tenaga Medis ini Menyusul Kepergian Orang Tuanya Terinfeksi Covid-19

Mereka ialah David Simons dan rekan yang menggali 28 penelitian ilmiah.

Keseluruhan studi-studi itu melibatkan lebih dari 23 ribu orang.

Dua pertiga penelitian dilakukan di Tiongkok, tiga di AS, satu di Korea Selatan, satu di Prancis, dan satu lagi meliputi berbagai negara, termasuk Inggris.

Baca Juga: Sebesar 50%, Inilah Pernyataan Ganjar Pranowo Meminta Potongan Gaji

Hanya tiga studi yang mengklasifikasikan pasien dalam tiga status perokok secara jelas, yakni perokok aktif, mantan perokok aktif, dan tak pernah.

Sisanya meneliti perokok aktif dan mantan perokok, namun dijelaskan pula berapa sisanya yang tak merokok dan seberapa besar kesalahan data.

Data dari AS menunjukkan bahwa perokok tampaknya memiliki kemungkinan positif corona yang lebih kecil saat diperiksa.

Baca Juga: Cek Fakta : Umat Muslim di Arab Saudi Mendadak Murtad Karena Covid-19

Data dari AS menunjukkan bahwa perokok tampaknya memiliki kemungkinan positif corona yang lebih kecil saat diperiksa.

Namun, studi-studi ini cenderung tak membuktikan risiko tertular, melainkan risiko berada dalam kondisi kritis yang membutuhkan perawatan di RS.

Negara-negara yang terlibat dalam penelitian tersebut hampir menguji seluruh pasien di RS mereka.

Baca Juga: Motivator AS sebut Jokowi Adalah Presiden Terkelam, Simak Faktanya

Selain itu, perokok juga akan cenderung lebih banyak yang dites karena mereka kebanyakan sering batuk-batuk seperti gejala virus corona.

"Oleh karena itu, kami akan berhati-hati dalam menarik kesimpulan apapun terkait apakah perokok berisiko lebih tinggi terhadap infeksi SARS-CoV-2 pada tahap awal ini," kata tim pengulas dari UCL.( Penulis:  Sophia Tri Rahayu) 

Editor: Sophia Tri Rahayu

Sumber: Pikiran-Rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler