Ungkap Kesedihannya di Medsos, Penderita Obesitas ini Berharap Memperoleh Bantuan

1 Juli 2020, 09:18 WIB
Ilustrasi obesitas //Unsplash


RINGTIMES BANYUWANGI - Penderita obesitas asal Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Heni Jubaedah (47 tahun) memohon bantuan melalui media sosial kepada pemerintah setempat.

Warga Desa Gudang RT 03 RW 03, Kecamatan Tanjungsari tersebut juga meminta uluran tangan dari para dermawan untuk menyembuhkan penyakitnya.

Heni beserta keluarganya tergolong masyarakat kurang mampu. Keluarga itu hanya mengandalkan, Agus Saripudin (51) suaminya untuk mencari nafkah sehari-hari.

Baca Juga: Inilah Lima Cara Berfikir Orang Sukses, Apakah Anda di Dalamnya?

Kesehariannya, Agus hanya bekerja sebagai buruh bangunan yang tergolong kategori berpenghasilan rendah.

Karena tidak memiliki uang, Heni tak mampu untuk membeli obat penurun lemak (berat badan-red) sesuai resep dokter, yang menurutnya sangat mahal.

Ditambah lagi, Heni juga tidak terdaftar dalam program Kartu Indonesia Sehat. Sehingga, untuk berobat ke dokter pun harus mengeluarkan biaya sendiri.

Dia bertutur setelah berobat, berat badannya turun 8 kilogram.

Berita ini sebelumnya telah terbit di pikiran-rakyat.com dengan judul Usai Berat Badan Turun 8 Kg, Penderita Obesitas di Sumedang Ini Minta Bantuan Dana Berobat Lanjutan

“Seharusnya saya membeli obat diet (penurun berat badan) lagi sesuai resep dokter. Harganya Rp 400 Ribu. Karena tidak punya uang sehingga obatnya tidak terbeli. Padahal, sewaktu saya meminum obat diet dari dokter, alhamdulillah berat badan saya menurun. Dari asalnya 130 kilogam, sekarang 122 kilogram,” ujar Heni

Jubaedah didampingi suaminya Agus Saripudin ketika ditemui di rumahnya, Selasa, 30 Juni 2020, dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari pikiran-rakyat.com.

Ia berharap pemerintah memfasilitasi berobat ke RSUD Sumedang agar penyakitnya itu segera sembuh.

Namun, karena tidak memiliki cukup uang untuk ongkos transportasi dan biaya lainnya, keinginannya itu sampai saat ini belum juga terwujud.

Baca Juga: Sering Mual Saat di Perjalanan?, Ternyata Ini Penyebab Utamanya

“Inginnya mah berobat ke rumah sakit Sumedang (RSUD Sumedang), tapi nggak punya biaya. Apalagi saya tidak punya kartu BPJS,” tuturnya.

Suaminya, Agus Saripudin menambahkan, Ia tidak mampu lagi menanggung biaya berobat istrinya yang divonis menderita obesitas .

Agus mengaku pernah meminta bantuan kepada pemerintah Desa Gudang agar istrinya bisa berobat gratis di RSUD Sumedang.

Atas permohonan Agus, pemerintah desa setempat mengeluarkan surat keterangan tidak mampu (SKTM) untuk berobat ke RSUD Sumedang.

Baca Juga: Dikaitkan dengan Sindiran Nikita Mirzani, Akhirnya Baim Wong Buka Suara

“Akan tetapi, karena saya tidak punya uang untuk ongkos transport dan biaya lainnya, sehingga surat SKTM-nya habis masa berlakunya. Namun saya berharap istri saya bisa berobat di RSUD Sumedang supaya bisa cepat sembuh. Kalau tidak berobat, saya khawatir berat badannya terus bertambah hingga menimbulkan penyakit lainnya,” kata Agus.

Sementara itu, Heni menjelaskan, walaupun sudah tidak berobat, kini ia berupaya menjalankan program diet sesuai anjuran dokter.

Makanan yang dianjurkan, yakni makan nasi beras merah 2 kali sehari dengan sayur-sayuran, banyak minum air putih dan banyak makan buah-buahan di sore hari.

Sedangkan makanan yang harus dihindari, yakni nasi putih, makanan berlemak dan berminyak, ikan asin, dan teh manis.

Baca Juga: Heboh, Personil BTS Jungkook Pernah Berkencan dengan Teman Sekelasnya

“Sampai sekarang, saya makan nasi beras merah saja dua kali sehari. Karena saya tidak kuat berdiri terlalu lama, sehingga yang menanak nasi beras merah, anak saya yang sulung,” ucapnya.

Dia mensyukuri, dengan penyakitnya itu, ia tidak merasakan sakit, sesak napas atau pusing. Tekanan darah dan jantungnya pun normal.

Bahkan setelah berat badannya turun menjadi 122 kg, kini ia bisa berdiri, jongkok dan berjalan. Kecuali jika berdiri dan berjalan terlalu lama, tidak kuat dan napasnya sesak.

“Cuma keluhannya kalau sudah jongkok mau berdiri, sulit karena seperti ada yang mengganjal di bawah perut. Kalau mau berdiri, kedua tangan harus menahan di permukaan ember besar,” ujar Heni.

Baca Juga: Mengetahui Anaknya yang Masih SD Hamil 7 Bulan, Seorang Ibu Langsung Syok

Meski divonis menderita obesitas, ia tidak merasa senang mengonsumsi makanan yang berlema. Hanya saja, sebelumnya ia memang suka mengonsumsi gorengan, terutama gehu dan bala-bala. 

Selain itu juga, pola makannya tidak teratur, jarang berolah raga dan bergerak.

“Kalau makan, sesukanya saja. Rata-rata 3 kali sehari, terkadang sampai 5 kali. Mungkin juga saya karena kurang gerak atau banyak cimekblek (berdiam diri) di luar rumah. Kalau dulu ketika punya anak satu, saya bekerja di pabrik pahpir (kertas rokok) sehingga banyak bergerak,” tuturnya.*** (Adang Jukardi/Pikiran Rakyat)

 

Editor: Sophia Tri Rahayu

Sumber: Pikiran-Rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler