Benarkah Latah Bukan Penyakit, Begini Penjelasannya

- 8 Agustus 2020, 14:05 WIB
/

RINGTIMES BANYUWANGI - Tahun 1880, Dr. Goerge Miller Beard naik kereta menuju Danau Moosehead di Maine untuk melihat sendiri penebang asing yang terkenal dengan sebutan Jumping Frenchmen.

Sekitar 50 dari mereka menampilkan perilaku yang sangat tidak biasa. Gejala-gejala latah ini muncul setelah pubertas, terdiri dari mengayun-ayunkan lengan, melompat, menjerit, mengutuk, dan melempar benda.

"... Orang-orang tidak dapat mencegah diri mereka untuk memulai, menyerang, menjatuhkan, melompat dan mengulangi kata-kata atau suara begitu ada orang lain mengejutkan mereka dengan seruan atau perintah mendadak," tulis George dalam jurnal tersebut.

Baca Juga: Penyebab Ledakan Dashyat di Beirut Diduga Berasal dari Bom, Rudal, atau Gangguan Eksternal Lainnya

Beberapa peneliti menyatakan bahwa latah merupakan neuropsikiatri, sementara beberapa peneliti lain menganggap bahwa latah berkaitan dengan faktor genetik dan lingkungan tertentu.

RareDisease.org menulis, bahwa ada juga teori menunjukkan bahwa latah adalah gangguan perilaku yang berkembang karena pengaruh dari budaya.

Belum ada obat yang khusus dubuat untuk menyembuhkan latah, sebab ia bukan penyakit yang terjadi karena rusaknya salah satu organ melainkan sejenis sindrom.

Baca Juga: Loker Banyuwangi 2020 : dr. Claudia Membutuhkan Asisten Dokter Lulusan D3

Namun, tingkat keparahan dan frekuensi latahnya cenderung menjadi lebih ringan dan berkurang seiring bertambahnya usia seseorang.

Jika latah justru mengganggu tingkat stress seseorang, maka sebaiknya penderita syndrome tersebut segera mendapat psikoterapis setelah berkonsultasi.***

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x