Peneliti Eropa Menyebut Lonsor Bawah Laut dan Tsunami Ancam Indonesia

- 24 April 2020, 11:32 WIB
Ilustrasi tsunami
Ilustrasi tsunami //Unsplash

"Kita bisa melihat dasar sendimen yang berlapis dan teratur, lalu ada juga sedimen besar yang tak teratur," ungkapnya.

Rachel menambahkan, sedimen yang tak teratur tersebut akan tumpah ke lereng dengan kecepatan yang tinggi.

Baca Juga: Larangan Mudik, KAI Batalkan Seluruh Jadwal Kereta Jarak Jauh

"Kita dapat mengetahui dari karakteristik internal bahwa sedimen yang tak teratut ini akan tumpah ke lereng dengan cara yang cepat dan bergejolak. Ini akan seperti tanah longsor," tambahnya.

Para peneliti mengatakan, longsor bawah laut tersebut disebut juga dengan Mass Transfer Deposit (MTD), biasanya berada di sisi barat kanal sedalam 3.000 meter di bawah permukaan laut yang melintasi Selat Makassar.

Sebagian besar dari MTD juga berada di sebelah selatan delta sungai untuk Sungai Mahakam di Kalimantan, yang diketahui mengeluarkan sekitar 8 juta meter kubik sedimen setiap tahunnya.

Baca Juga: Penyidik Polda Metro Jaya Tembak Mati Komplotan Perampok Minimarket

Ketua dari penelitian tersebut, Uisdean Nicholson menjelaskan, longsor bawah laut merupakan efek samping dari arus deras yang mengalir melalui selat.

Uisdean juga memperkirakan akan adanya tsunamigenik terbesar yang biasa terjadi setiap 500.000 tahun.

"Kami memperkirakan akan terjadi peristiwa tsunamigenik terbesar sedalam 100 kilometer kubik yang biasa terjadi setiap 500.000 tahun," tuturnya.

Halaman:

Editor: Dian Effendi

Sumber: Pikiran-Rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x