Alat Musik Kalimba dari Banyuwangi Tembus Mancanegara, Miliki Nilai Artistik Tinggi

- 15 Januari 2021, 17:45 WIB
Salah satu pengrajin alat musik Kalimba di Banyuwangi sedang melakukan proses produksi untuk dikirimkan ke luar negeri.
Salah satu pengrajin alat musik Kalimba di Banyuwangi sedang melakukan proses produksi untuk dikirimkan ke luar negeri. /M. Abdul Malik Efendi/Ringtimes Banyuwangi/

RINGTIMES BANYUWANGI – Siapa sangka, jika limbah batok kelapa bisa tembus pasar internasional? Di tangan Suprianto (58) batok kelapa yang biasanya dibuang atau dijadikan kayu bakar dapur disulap menjadi produk yang memiliki nilai artistik tinggi.

Warga Dusun Bolot, Desa Alian, Kecamatan Rogojampi ini memanfaatkan limbah batok kelapa untuk membuat alat musik yang memiliki suara merdu. Kalimba namanya.

Alat musik yang terdiri dari kotak suara dan tuts-tuts logam menempel di bagian atas ini merupakan alat music khas Afrika bagian selatan.

Baca Juga: ShopeePay Bagikan Lima Inspirasi Resolusi Tahun 2021

Kalimba kreasi Suprianto dihias dengan warna-warni cat dengan bermacam corak dan motif, sehingga tampilannya memiliki seni artistik. Tak heran, jika Kalimba produksi Banyuwangi ini banyak diminati hingga ke mancanegara.

Tim Ringtimesbanyuwangi.com pun mencoba untuk mendatangi kediaman Suprianto sekaligus tempat produksi alat musik Kalimba. Terlihat di pelataran rumahnya tumpukan batok kelapa dan kayu yang menjadi bahan baku untuk membuat Kalimba tersebut.

Suprianto pun tak segan untuk berbagi cerita awal mula dirinya menekuni kerajinan alat musik Kalimba dari batok kelapa tersebut. Ide memproduksi Kalimba muncul saat dirinya berada di Bali pada Tahun 2006 silam.

“Dulu sih waktu di Bali saya melihat kerajian seperti ini. Sempat heran, kok bisa barang kayak begini ini laku. Sampai suatu saat saya mulai coba-coba membuat sendiri,” kata Suprianto kepada tim Ringtimesbanyuwangi.com pada Jumat, 15 Januari 2021.

Bermodal uang Rp 300.000, Suprianto berhasil membuat Kalimba yang kemudian dia pasarkan di sejumlah art shop di Bali dengan harga Rp 7.000 per buah.

Hingga kemudian, pria yang akrab disapa Anto ini bertemu dengan orang Jamaica yang tertarik terhadap hasil kreatifitasnya. “Selang berjalannya waktu saya bertemu dengan orang Jamaica di Bali itu. Dari situlah saya mulai kirim ke Jamaika,” katanya.

Halaman:

Editor: Shofia Munawaroh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x