Jumlah Penyadap Nira Kelapa di Desa Tegalarum Berkurang Drastis, Ketahui Penyebabnya

- 18 Januari 2021, 19:30 WIB
Penyadap Nira Kelapa di desa Tegalarum Banyuwangi menurun drastis.
Penyadap Nira Kelapa di desa Tegalarum Banyuwangi menurun drastis. /Salis Ali Muhyidin/Ringtimes Banyuwangi/

RINGTIMES BANYUWANGI – Nira kelapa sudah banyak diketahui menjadi bahan baku utama pembuatan gula kelapa. Dipanen tiap pagi oleh para penyadap nira, nira kelapa selanjutnya dimasak dan diolah menjadi produk akhir gula kelapa murni.

Di era saat ini, para penyadap nira kelapa yang masih tersisa sudah sampai di generasi terakhir orang-orang yang berani menggantungkan hidupnya dari menyadap nira kelapa dan mengolahnya menjadi gula kelapa.

Baca Juga: ShopeePay Bagikan Lima Inspirasi Resolusi Tahun 2021

Baca Juga: 7 Buah Penurun Asam Lambung, Segera Minum Air Kelapa

Pekerjaan penuh risiko tersebut kini memang sudah sedikit demi sedikit ditinggal oleh orang-orang sebagai pilihan profesi.

Di Dusun Darungan, Desa Tegalarum, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi contohnya, satu dusun ini dulunya dikenal sebagai salah satu sentra penghasil gula kelapa di Banyuwangi.

Cukup banyak warga Darungan yang dulunya berprofesi sebagai seorang penyadap nira kelapa dan mengolah nira menjadi gula kelapa.

Ditemui tim Ringtimesbanyuwangi.com untuk diwawancarai pada 18 Januari 2021, Hadi Sukoco seorang mantan penyadap nira kelapa yang kini beralih profesi sebagai Kepala Dusun mengatakan, jika di Darungan sudah sangat sulit menemukan orang mengolah gula kelapa yang murni.   

“Dulu di Darungan itu kalau mau cari tukang nyadap nira kelapa gampang sekali. Satu RT itu bisa sampai 20 orang yang menyadap nira kelapa dan mengolah gula kelapa,” ujar dia.

Hadi Sukoco yang sempat menyadap nira kelapa selama hampir 13 tahun mengatakan ada beberapa faktor yang membuat penyadap nira kelapa kini sulit ditemui.

Menurut pengalamannya, para penyadap nira dulunya hanya terpaksa melakukan pekerjaan tersebut karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan.

Dengan risiko yang sangat besar tersebut, tentu wajar jika kini banyak yang berhenti menyadap nira kelapa jika sudah memiliki hal lain yang bisa dikerjakan.

“Dulu, orang bekerja menyadap nira kelapa biasanya karena terpaksa keadaan, daripada tidak ada yang dikerjakan, dan saya pun begitu. Selanjutnya setelah beberapa kali kecelakaan kerja, jatuh dari pohon, ya lebih baik mencari pekerjaan lain,” ujar Hadi Sukoco.

Dengan sulitnya menemukan seorang penyadap nira, tentu secara otomatis membuat bahan baku gula merah dari nira kelapa juga sulit ditemukan.

Gula merah dari nira kelapa pun kini sudah mulai semakin melambung harganya di pasaran.

Selain itu, kini gula kelapa murni juga sudah mulai kalah bersaing di pasaran dengan gula merah yang pembuatannya dicampur dengan gula pasir dan gula rafinasi.

Baca Juga: 7 Manfaat Air Kelapa Bagi Kesehatan, Mencegah Batu Ginjal Hingga Memperkuat Tulang

Baca Juga: 10 Jenis Obat Alami Terbaik untuk Asam Lambung, Termasuk Air Kelapa

Dusun Darungan yang semula dikenal sebagai salah satu gudangnya pengrajin gula kelapa, kini mulai berganti wajah. Seiring dengan semakin sedikitnya penyadap nira kelapa, para warga kini mulai menekuni usaha-usaha lain.***

Editor: Shofia Munawaroh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x