3 Perkara Buruk yang Sering Terjadi Setelah Menikah

- 11 Oktober 2020, 21:25 WIB
Pernikahan
Pernikahan /Awangmuda

RINGTIMES BANYUWANGI – Menikah dalam Islam adalah bagian dari ibadah, bahkan bagian dari pemenuhan setengah agama. Dalam beberapa firman-Nya, Allah SWT menyampaikan pentingnya pernikahan. 

Beberapa ayat Al-Quran menjelaskan tentang pernikahan, pentingnya pernikahan, hingga alasan mengapa seorang Muslim sebaiknya menikah. 

Salah satunya tercantum dalam surat annisa ayat 1, sebagai berikut:

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S. An-Nisaa’: 1).

Baca Juga: 3 Rekomendasi Series di Netflix Oktober 2020, Siapin Popcorn Kamu!

Selain itu, dalam surat Annuur ayat 32, soal pernikahan juga menjadi bahasan. Ayat tersebut berbunyi sebagai berikut:

”Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu,dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian- Nya) lagi Maha mengetahui.” (Q.S. An-Nuur: 32).

Namun sudahkan terpikirkan dalam diri Anda sebelum melakukan pernikahan untuk memikirkan hal-hal negatif yang akan terjadi setelah menikah?

Menurut Kitab Ihya’ Ulumuddin Karya Imam Al-Ghazali berikut terdapat tiga hal negatif yang dapat timbul dari kehidupan berkeluarga setelah menikah, yakni sebagai berikut.

Baca Juga: Curiga Berselingkuh dengan Tetangga, Seorang Suami Nekat Memenggal Istrinya

1. Susahnya Mendapatkan Harta Halal

Mencukupi kebutuhan, memberi makan dan benda-benda yang halal untuk keluarga adalah sesuatu yang wajib bagi seorang suami. Namun, ini ternyata bukan sesuatu perkara yang mudah.

Karena bagi sebagian orang ketika tuntutan ekonomi semakin mendesak sementara penghasilan tidak cukup, hal ini menjadi alasan untuk menerjang hal-hal yang diharamkan. Materi pun diburu tanpa memandang jalan, halal atau haram tidak menjadi persoalan.

Disebutkan bahwa seorang hamba diakhirat nanti terhenti di yaumul mizan (penimbangan amal). Ia mempunyai amal kebaikan sebesar dan setinggi gunung. Namun saat diminta pertanggungjawaban akan nafkah keluarganya ia tak mampu menjawab, hingga dosa tanggung jawab tersebut menenggelamkan semua amal baiknya.

Ini adalah hal negatif yang paling besar dan paling merata dialami oleh sebagian besar manusia. Sedikit yang mampu menyelamatkan diri kecuali orang yang mampu bersabar, berjuang untuk tetap bertanggungjawab terhadap keluarga dengan mencari rezeki yang halalan toyiban.

Baca Juga: Ditutup Besok! Begini Cara Daftar Bantuan Uang Gratis Rp2,5 Juta dari Telkomsel

2. Lalai dari Tanggung Jawab

Suami adalah seorang pemimpin dalam sebuah keluarga, sekaligus pendidik istri, dan anak-anak. Baik atau tidaknya akhlak istri dan anak-anak berada di tangan suami. Namun mendidik mereka menuju kebaikan juga bukan sesuatu yang mudah.

Diibaratkan bahwa melakukan ceramah di depan seorang isteri lebih sulit dari pada berceramah di hadapan sejuta orang. Banyak orang yang berprofesi sebagai guru sukses dalam mendidik muridnya, namun belum tentu sukses mendidik isteri dan anak-anaknya.

Lalai dalam tanggung jawab merupakan salah satu  hal negatif yang sering terjadi dan banyak dialami oleh keluarga. Yang mampu menghindarinya hanyalah orang-orang yang berilmu, berakhlak yang baik, sabar akan cercaan mulut isteri dan tidak selalu menuruti kemauan buruk istri dan anak-anaknya.

Baca Juga: Cair di Bulan Oktober, Ketahui 7 Jenis Bansos BLT dari Pemerintah

3. Setelah Berkeluarga Ibadahnya Terganggu

Karena setelah berkelurga seseorang akan berusaha memenuhi kebutuhan nafkah keluarganya. Biasanya setiap hari waktu yang ada hanya terpikir bagaimana cara mendapatkan materi.

Jika ada waktu istirahat, waktu itu hanya digunakan dengan bercanda dengan istri dan anak-anak. Ibadahpun terbengkalai atau hanya diberi sedikit waktu.

Wallahua’lam bisshawab.***

 

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas

Sumber: Peci Hitam


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah