فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ
“Barang-siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan menger-jakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. (QS. Al Baqarah: 197).
Ibnu Abbas berkata dalam menafsiri ayat di atas:
“Ar-Rafats adalah jima’ (melakukan hubungan seks).
4. Boleh telanjang tapi harus ditutupi selimut
Dari ‘Atabah bin Abdi As-Sulami bahwa apabila kalian mendatangi istrinya (berjima’), maka hendaklah menggunakan penutup dan janganlah telanjang seperti dua ekor himar. (HR Ibnu Majah).
5. Menggunakan awalan dan tidak langsung berhubungan intim
Larangan berhubungan intim tanpa awalan ataupun pendahuluan ini sesuai dengan sabda Rasulullah,
“Siapa pun di antara kamu, janganlah menyamai isterinya seperti seekor hewan bersenggama, tapi hendaklah ia dahului dengan perantaraan.
Selanjutnya, ada yang bertanya: Apakah perantaraan itu?