Kini Omzet di Pasar Ciwidey Menurun Akibat Pembatasan Jam Operasional

4 April 2020, 11:15 WIB
AKTIVITAS pengunjung dan pedagang saat di Pasar Sukatani, Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos, Depok.* /Pemkot Depok/


RINGTIMES - Penurunan omzet pedagang pasar tradisional ternyata lebih dipengaruhi oleh pembatasan jam operasional di masa tanggap darurat bencana non alam Covid-19.

Selain itu larangan untuk menggelar hajatan serta kegiatan yang mengumpulkan massa dalam jumlah banyak juga turut andil terhadap turunnya pendapatan mereka.

Salah seorang pedagang Pasar Ciwidey Nurmaleh (45) mengatakan, omzet penjualan ayam potong yang ia tekuni mulai menurun sejak diberlakukannya pembatasan interaksi sosial dan fisik dua pekan lalu.

Baca Juga: Darurat Perang Melawan Corona (Sebuah Catatan dan Prediksi)

"Pembeli mulai berkurang sejak itu, karena tidak ada lagi pesanan dari orang yang menggelar hajatan atau syukuran," ujar pria yang akrab disapa Oloh itu saat dihubungi Jumat 3 April 2020.

Kata Oloh, hal itu juga berpengaruh pada pesanan dari para pedagang di Pasar Ciwidey.

Sedikit demi sedikit, para pedagang mengurangi pesanan mereka karena jumlah pembeli terus menurun.

Baca Juga: Pemerintah Jawa Barat Siapkan Rp16,2 Triliun untuk Lawan Corona

Menurut Oloh, puncak penurunan omzet terjadi sejak diberlakukannya pembatasan jam operasional pasar tradisional di Kabupaten Bandung pada 30 Maret 2020 lalu.

Soalnya sejak itu, para pedagang hanya bisa berjualan di pasar pada pukul 02.00 hingga 11-00 WIB.

"Biasanya pedagang di pasar kan terus berusaha menjajakan dagangannya sampai sore meskipun pembeli mulai sepi.Namun sejak pembatasan jam operasional mereka memiliki waktu yang terbatas dalam menjajakan dagangannya," kata Oloh.

Baca Juga: UPDATE 145 warga Jakarta Barat Dinyatakan telah Positif COVID-19

Akibatnya, kata Oloh, pesanan ayam potong dari para pedagang kepada dirinya juga terus merosot hingga saat ini kurang dari 50 persen dari biasanya.

Jikasebelumnya Oloh bisa memasok sekitar dua ton ayam potong setiap hari ke Pasar Ciwidey, kini satu ton per hari pun jarang terjadi.

Imbasnya, pendapatan harian Oloh pun terus berkurang dari hari ke hari. "Saat normal saya bisa mendapat keuntungan Rp 300.000-400.000 per hari. Sekarang kurang dari setengahnya," tutur Oloh.

Baca Juga: PBNU Anjurkan Salat Tarawih dan Idul Fitri di Rumah Cegah Covid-19

Terkait sistem penjualan daring (online) Oloh mengaku tidak berpengaruh terhadap penjualan ayam potong.

Soalnya konsumen produk tersebut memang lebih suka melihat dan memilih langsung sehingga bisa memastikan kesegarannya.

Hal senada diungkapkan oleh pedagang tahu Pasar Banjaran, Jujun (42). Ia mengaku bahwa pembatasan jam operasional membuat peluang untuk menjual produk dalam jumlah banyak semakin kecil.

Baca Juga: Pelajar Madrasah Pekanbaru, Raih Beasiswa Belajar ke Amerika Serikat

Padahal, kata Jujun, sejak diberlakukannya kebijakan belajar di rumah untuk semua sekolah, ia sudah merasakan penurunan omzet lebih dari 50 persen.

Soalnya selain berjualan di pasar, Jujun juga memiliki banyak langganan pedagang baso tahu yang biasa memesan langsung ke rumah produksi tahu miliknya di Kecamatan Cimaung.

"Langganan tukang baso tahu mencakup sekitar 40 persen omzet saya tiap hari. Sejak sekolah tutup, sebagian besar dari mereka tidak bisa berjualan.

Baca Juga: Seorang Anak Berusia Enam Tahun Sumbangkan Tabungannya untuk APD Tenaga Medis

Adapun yang masih memaksakan diri berjualan, mengurangi jumlah dagangannya," kata Jujun.

Sumber : pikiran-rakyat.com dengan judul Pedagang di Pasar Kabupaten Bandung Menjerit Omzetnya Merosot Drastis

Editor: Dian Effendi

Sumber: Pikiran-Rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler