Akun Tokoh Dunia Dapat Diretas oleh Karyawan Twitter, Mantan '1000 Karyawan Punya Akses Masuk'

24 Juli 2020, 16:15 WIB
Lebih dari 1.000 orang Twitter disebut punya kemampuan untuk ikut membantu hacker dalam kasus peretasan akun tokoh dunia. /AFP/Glenn Chapman

RINGTIMES BANYUWANGI - Dua mantan karyawan Twitter mengungkapkan bahwa 1.000 karyawan dan kontraktor Twitter pada awal tahun ini dilaporkan memiliki akses ke alat internal yang dapat mengubah pengaturan akun pengguna.

Akses tersebut diklaim menyebabkan sulitnya mempertahankan diri dari peretasan yang terjadi beberapa waktu lalu.

Potensi para karyawan Twitter dapat beralih akun pengguna ini, kata dua karyawan tersebut, juga dimiliki oleh kontraktor pihak ketiga seperti Cognizant.

Baca Juga: Yodi Prabowo Seperti Orang Ketakutan, Sebelum Akhirnya Ditemukan Tewas

Dikutip ringtimesbanyuwangi.com melalui pikiran-rakyat.com dari Reuters, Twitter dan Biro Investigasi Federal (FBI) sedang menyelidiki pelanggaran yang memungkinkan hacker berulang kali membuat cuitan di akun yang diverifikasi seperti Joe Biden, Bill Gates, Elon Musk dan Mike Bloomberg. 

Twitter mengatakan pelaku memanipulasi sejumlah kecil karyawan dan menggunakan kredensial mereka untuk masuk ke alat dan menyerahkan akses ke 45 akun.

Pada Rabu, 22 Juli 2020 disebutkan bahwa para hacker dapat membaca pesan langsung dari dan ke 36 akun tetapi tidak mengidentifikasi pengguna yang terpengaruh.

Baca Juga: Jantung Lemah Berujung Kematian?, Simak Berikut Buah-buahan yang Wajib di Konsumsi

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Pikiran-Rakyat dengan judul Kasus Peretasan Akun Tokoh Dunia: Lebih dari 1.000 KaryawanTwitter Punya Kemampuan Bantu Hacker

Menurut mantan karyawan tersebut, peretasan akun yang terjadi pada awal tahun 2020 itu sangat mungkin dilakukan oleh lebih dari 1.000 orang karyawan, termasuk beberapa di kontraktor seperti Cognizant.

Menanggapi hal ini, Twitter menolak untuk berkomentar, pihaknya juga tidak menyebutkan jumlahnya menurun sebelum peretasan atau sejak saat itu.

Perusahaan sedang mencari kepala keamanan baru untuk bekerja lebih mengamankan sistemnya dan melatih karyawan untuk melawan trik dari orang luar.

Baca Juga: Berikut Tren Kacamata Fashionable di Tahun 2020, yang Bisa Kamu Gunakan untuk Kegiatan Sehari-hari

"Kedengarannya seperti ada terlalu banyak orang dengan akses," kata Edward Amoroso selaku mantan kepala petugas keamanan di AT&T.

Pakar keamanan siber mengatakan ancaman orang dalam, terutama staf pendukung yang dibayar rendah adalah kekhawatiran bagi perusahaan yang banyak melayani pengguna.

Mereka juga mengatakan bahwa semakin besar jumlah orang yang dapat mengubah pengaturan kunci, maka pengawasan harus lebih kuat.***(Julkifli Sinuhaji/pikiran-Rakyat)

Editor: Dian Effendi

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler