Gejala Baru Delirium yang Berbahaya Jika Terinfeksi Covid-19, Simak Penjelasannya

- 18 Desember 2020, 09:45 WIB
Ilustrasi gejala baru Delirium
Ilustrasi gejala baru Delirium /Pixabay/1388843

RINGTIMES BANYUWANGI – Sebelum terkonfirmasi mengidap Covid-19, pasti orang akan merasakan gejala terlebih dahulu. Gejala tersebut merupakan cara mendeteksi orang sedini mungkin supaya virus ini tidak menyebar semakin luas.

Berbicara mengenai gejala Covid-19, setiap orang memiliki beragam gejala tergantung respons yang berbeda terhadap Covid-19. Sebagian orang yang terinveksi virus ini biasanya mengalami gejala ringan hingga cukup parah sampai harus dirawat di rumah sakit.

Pada awal kemunculan Covid-19, gejala yang muncul pada orang yang terpapar ialah batuk kering, demam, dan kelelahan. Gejala yang menunjukkan lebih parah ialah rasa tidak nyaman, nyeri tenggorokan, diare, mata merah, sakit kepala, hilangnya perasa dan penciuman, ruam pada kulit, dan perubahan warna pada jari tangan atau jari kaki.

Baca Juga: 5 Tanda Kamu Adalah Orang Jenius, Cek Apakah Kamu Salah Satunya?

Akhir-akhir ini ditemukan gejala baru dari Covid-19 yaitu delirium. Orang mengalami delirium akan kesulitan dalam berkonsentrasi, suka melamun, lambat bereaksi, daya imun menurun, kesulitan berbicara, berhalusinasi, mood swing, gelisah dan kebiasaan tidur yang tidak teratur.

Menurut studi yang dilakukan oleh Javier Correa seorang peneliti Universitas Oberta de Catalunya (UOC). Delirium adalah kondisi kebingungan dimana seseorang merasa tidak berhubungan dengan kenyataan seolah-olah mereka sedang bermimpi.

Pasien COVID-19 bisa mengalami delirium karena adanya infeksi langsung ke jaringan otak, inflamasi (peradangan) jaringan parenkim otak, ensefalopati, gagal nafas yang menyebabkan kekurangan oksigen ke otak dan hiperkoagulasi (pengentalan darah yang hebat) yang mengganggu aliran darah ke otak.

Baca Juga: Berikut Ini Zodiak Paling Dermawan,  Punya Pasangan Salah Satunya, Jangan Lepaskan

Delirium umumnya dapat dilacak ke satu atau lebih faktor yang berkontribusi, seperti penyakit parah atau kronis, perubahan keseimbangan metabolik (seperti natrium rendah), pengobatan, infeksi, pembedahan, atau alkohol atau keracunan atau penarikan obat.

Apabila delirium tidak tertangani dengan baik dalam jangka panjang, delirium dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kemampuan kognitif dan dikaitkan dengan peningkatan penerimaan perawatan jangka panjang.

Halaman:

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas

Sumber: Zona Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah