Isu Radikalisme Tutupi Kasus Korupsi Besar, Rocky Gerung: Penyidik KPK Harus Radikal

- 14 Mei 2021, 20:08 WIB
Rocky Gerung menyebut isu radikalisme hanya menutup kasus korupsi besar di KPK.
Rocky Gerung menyebut isu radikalisme hanya menutup kasus korupsi besar di KPK. /Instagram @official.kpk/

RINGTIMES BANYUWANGI – Pengamat Politik, Rocky Gerung menyebut isu radikalisme yang terang-terangan diberantas pemerintah Indonesia belakangan membuat kasus korupsi besar jadi tertutup.

Menurutnya, kekuatan KPK dalam menangani kasus koruspsi besar dari kalangan elit partai politik harus maksimal mengingat koruptor sangat kejam dalam mencuri uang.

Hal itu disampaikan Rocky Gerung dalam kanal Youtube pribadinya Rocky Gerung Official saat berdiskusi dengan jurnalis senior, Hersubeno Arief.

Hersubeno menyebut pertanyaan dalam tes wawasan kebangsaan pegawai KPK sangat jelas menggunakan istilah radikal untuk menyingkirkan dari hal yang menghalangi koruptor.

Baca Juga: Bela Hengkangnya Novel Baswedan, Ferdinand Hutahaean: Justru Jokowi Kembalikan Roh KPK

“Selama ini kan ada cap penyidik Taliban dalam lingkungan KPK namun kemudian dari 75 orang yang lolos itu ternyata tidak semuanya beragama Islam,” kata Hersubeno Arief sebagaimana dikutip Ringtimebanyuwangi.com dari kanal Youtube Rocky Gerung Official.

Mengenai hal tersebut, Rocky Gerung menyebut bahwa sudah Nampak jelas pemerintah memberikan pola yang sangat jelas dalam penanganan kasus korupsi yang hendak dilakukan.

“Dari peristiwa ini kita bisa melihat semua desain untuk menghilangkan jejak pada koruptor, tapi dengan simbol radikal tapi efeknya itu diberikan sekaligus kepada publik untuk menghasilkan bahwa Indonesia sedang dalam keadaan bahaya karena radikalisme,” kata Rocky Gerung.

Baca Juga: Kejanggalan di TWK KPK, Abdullah Hehamahua: Pertanyaannya Aneh!

Rocky Gerung menilai bahwa penyidik KPK memang harus radikal karena koruptor mengambil uang dengan cara yang radikal.

“Padahal memang penyidik KPK harus radikal, karena koruptornya juga cara ngerampoknya radikal. Jadi nggak ada soal mau dia muslim, Kristen, Hindu atau apapun karena mereka harus diletakkan dalam perspektif radikal, memberantas korupsi hingga ke radiks atau akarnya,” jelasnya.

Ia menyimpulkan permainan politik yang dilakukan pemerintah ini memiliki dua maksud.

“Yang pertama, untuk menyingkirkan kasus korupsi besar di KPK yang sedang disidik oleh penyidik-penyidik radikal ini (ingin meneggakkan keadilan) sekaligus mengirim sinyal bahwa Indonesia sedang dalam keadaan bahaya karena konsolidasi kekuatan muslim,” kata Rocky Gerung.

Baca Juga: Fenomena Mal Penuh dan Bikin Macet, Rocky Gerung Sebut Tradisi yang Bagus, Merepotkan Petugas

Menurut Rocky Gerung, maksud tersebut merupakan hal yang jahat dan licik.

“Ini jahatnya itu, permainan narsis semacam itu. Dia mau dapet dua untung aja sekaligus. Menyngkirkan penyidikan koruptor, menutupi kasus besar sekaligus ingin membelah masyarakat,” ungkapnya.

“Saya menganggap ini adalah jahat, karena pertanyaan itu (tes wawasan kebangsaan) hanya membelah masyarakat. Selah-olah orang yang salah menjawab itu pasti dia tak baik morlanya,” lanjutnya.

Pengamat politik tersebut juga menyebut soal dalam tes wawasan kebangsaan justru melecehkan kaum perempuan.

“Bahkan urusan Rahim perempuan dipersoalkan disitu, ini urusan apa. Jadi negara sekaligus menghina warga negara dan melecehkan kaum perempuan. Jadi bagaimana kita bisa akrab jika cara negara mengurus warganya dengan teori pecah belah,” pungkas Rocky Gerung.***

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x