Temukan 42 Kasus, Kebumen Darurat Demam Berdarah

- 10 Februari 2020, 12:23 WIB
ILUSTRASI. Seorang anak yang terjangkit DBD diperiksa petugas medis Puskesmas Limbangan.*
ILUSTRASI. Seorang anak yang terjangkit DBD diperiksa petugas medis Puskesmas Limbangan.* /AEP HENDY S/KP/

Lebih lanjut Wabup Arif mengatakan "Melihat data kasus DBD yang demikian tinggi, tentu menumbuhkan keprihatinan kita. Sudah seharusnya kita lebih peduli dengan kondisi ini."

Baca Juga: Berat Badan Menurun? Kenali Gejala Diabetes

Berdasarkan data dinas kesehatan setempat, pada 2016 jumlah DBD mencapai 482 kasus.

Pada 2017 terdapat 58 kasus dengan satu orang meninggal dunia, sedangkan tahun 2018, kasus DBD hanya 28 kasus.

Lonjakan kasus DBD dipengaruhi oleh beberapa faktor, karena cuaca dan perilaku masyarakat. Musim penghujan yang diselingi kemarau memungkinkan banyak terjadi genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk.

Budi menambahkan, pengendalian penyakit DBD setidaknya dilaksanakan dengan tiga jenis metode. Pertama menjaga kesehatan lingkungan dengan meminimalisasi tempat-tempat yang dapat digunakan untuk sarang nyamuk.

Metode biologis dilaksanakan dengan menggunakan ikan pemakan jentik nyamuk. Sedangkan metode kimia yakni pengasapan/fogging maupun memberikan bubuk Abate.

Baca Juga: Komnas HAM: Negara Jangan Terjebak Pro-Kontra Kepulangan Eks ISIS

“Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilaksanakan dengan menutup penampungan air, menguras bak mandi dan menimbun barang bekas yang dapat menampung air," tegasnya.

Masyarakat juga perlu mengetahui gejala DBD. Beberapa tanda dintaranya demam tinggi mencapai 38 - 40 derajat celsius pada hari pertama. Setelah itu pada hari ketiga dan keempat, demam turun yang seolah-olah sembuh padahal ini fase kritis.

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah