Belajar Sendirian di Sekolah Sebab Tak Punya HP, Ganjar Pranowo Acungi Jempol

- 24 Juli 2020, 20:25 WIB
Belajar  di sekolah dengan tatap muka sendiri. Kisah pelajar SMP di Kabupaten Rembang  bernama Dimas Ibnu Elias ini viral. Dia belajar di sekolah sendiri karena tidak punya HP untuk belajar daring.
Belajar di sekolah dengan tatap muka sendiri. Kisah pelajar SMP di Kabupaten Rembang bernama Dimas Ibnu Elias ini viral. Dia belajar di sekolah sendiri karena tidak punya HP untuk belajar daring. /Pikiran-Rakyat.com/Eviyanti/

RINGTIMES BANYUWANGI - Selama masa pandemi, pemerintah menutup semua kegiatan belajar-mengajar secara tatap muka di sekolah, dan pembelajaran dialihkan secara daring.

Setiap hari, siswa belajar di rumah ditemani orangtua dan dipandu oleh guru yang ada di sekolah.

Bagi masyarakat yang tidak terdampak Covid-19 secara ekonomi, pembelajaran secara daring yang membutuhkan jaringan internet tersebut bukanlah sesuatu yang sulit. Namun, bagi masyarakat yang terdampak Covid-19 dalam segi ekonomi, membeli data paket internet merupakan kendala yang cukup sulit.

Baca Juga: AS Semakin Geram! Siap Bentuk Aliansi Demokrasi Baru untuk Lawan Partai Komunis China

Bahkan, masih ada beberapa orang yang tidak menggunakan Handphone sebagai alat komunikasi lantaran kendala keuangan.

Seperti yang terjadi pada Dimas Ibnu Elias, seorang pelajar SMP di Kabupaten Rembang yang viral di media sosial setelah kedapatan belajar sendirian di sekolah. Ia terpaksa ke sekolah setiap hari untuk belajar walau sendirian karena tidak memiliki handphone (HP) untuk mengikuti proses belajar daring (online).

Dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari Pikiran-Rakyat.com, Dimas terpaksa mengikuti pelajaran di kelas saat teman-temannya belajar lewat online menggunakan smartphone (ponsel pintar) karena ia memang tidak memiliki HP seperti teman-temannya yang lain.

Namun, semangat belajar yang dimiliki oleh Dimas menjadikan dia bertahan belajar di sekolah meski seorang diri.

Baca Juga: Batuk Membuat Anda Tidak nyaman?, Berikut Obat Alami untuk Meredakannya

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Pikiran-Rakyat dengan judul Tak Punya HP, Pelajar SMP di Rembang Pilih Belajar Sendirian di Sekolah, Kepsek: Lebih Penting Beras

"Barangkali, bagi keluarganya, beras jauh lebih dibutuhkan daripada ponsel pintar dan kuota internet," kata Kepala SMPN 1 Rembang Isti Chomawati, Kamis 23 Juli 2020 kemarin.

 

Dimas adalah anak dari pasangan Didik Suroyo, seorang nelayan, dan Asiatun, yang bekerja sebagai buruh pengeringan ikan. Sejak pendemi Dimas belajar sendirian di sekolah.

Kebijakan sekolah dengan sistem online banyak dikeluhkan warga terutama orang tua dari keluarga tidak mampu. Mereka tinggal di RT 1 RW 1 Desa Pantiharjo, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Setiap hari, Dimas berangkat ke sekolah diantar ibunya. Dia lalu pulang dengan diantar wali kelasnya sampai di rumahnya.

Baca Juga: Via Vallen mengaku Tak Sakit Hati Mendapat Sindiran, Kristina dan Kru Minta Maaf

Kisah viralnya mengundang perhatian seorang, pria yang diketahui bernama Suparno Gusno, memberikan handphone kepada Dimas agar ia bisa belajar daring seperti teman-temannya.

Atas semangat belajar yang dimiliki Dimas di tengah pandemi Covid-19 untuk tetap belajar di tengah keterbatasannya meski sendirian, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengacungkan jempol.

Di saat siswa lainnya belajar dengan sistem daring, Dimas sebaliknya, karena tidak punya handphone untuk belajar daring dia tetap semangat belajar secara tatap muka. Sendirian di dalam kelas bersama dengan seorang guru, yang dengan telaten membimbingnya belajar di tengah pendemi.

Baca Juga: Akun Tokoh Dunia Dapat Diretas oleh Karyawan Twitter, Mantan: 1000 Karyawan Punya Akses Masuk

Kisah viralnya Dimas diacungi jempol oleh orang nomor satu di Jawa Tengah.

"Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan kesulitan siswa belajar dengan sistem daring. Maka, ketika ada kisah Dimas itu, para gurunya sangat keren," kata Ganjar di rumah dinasnya Jumat 24 Juli 2020. 

Bahkan Ganjar menyatakan bahwa cara belajar ke sekolah seperti Dimas itu cara yang benar.

"Guru punya kepedulian dengan mendatangi atau anaknya bisa diajari di sekolah. Saya lihat pihak sudah membantu. Tetapi kalau ada lagi yang lain yang sama dengan Dimas dan belum ada yang membantu, harus ada solusinya," terang Ganjar.

Baca Juga: Batuk Membuat Anda Tidak nyaman?, Berikut Obat Alami untuk Meredakannya

Menurut Ganjar, apa yang dilakukan Dimas dan gurunya itu adalah solusi untuk menyelesaikan persoalan. Bahkan Ganjar menyebut, masih banyak guru yang punya kepedulian luar biasa dengan mendatangi siswanya ke rumah masing-masing untuk memberikan pelajaran.

Meski demikian, ke depan pemerintah memang harus memperhatikan pola pembelajaran menggunakan sistem daring ini. Memang lanjut dia, harus ada syarat infrastruktur yang cukup seperti peralatan dan kuota untuk mendukung program itu.

"Daerah mesti menyiapkan. Kalau belum bisa, maka daerah harus menyiapkan model pembelajaran tatap muka dengan murid terbatas dan harus dengan protokol kesehatan ketat," ucapnya.

Baca Juga: Dikunjungi Gibran, Fraksi PDIP Siap Menangkan Paslon Ini di Pilkada 2020

Gamjar meminta agar sekolah-sekolah di Jawa Tengah (Jateng) tetap menggelar proses belajar mengajar tatap muka khusus untuk siswa yang tidak memiliki peralatan belajar daring di Jateng.

"Boleh, ada sekolah tatap muka, syaratnya adalah siswanya dibatasi dan protokol kesehatan dijalankan ketat," terangnya. 

Sekolah tatap muka hanya untuk warganya yang tidak mampu menyediakan fasilitas belajar daring dan maksimal hanya 10 anak.

"Kalau satu atau lima bahkan sepuluh siswa itu masih bisa. Semuanya harus dilakukan demi akses proses belajar mengajar agar anak bisa berjalan," pungkasnya.***(Eviyanti/Pikiran-Rakyat)

Editor: Dian Effendi

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x