Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono, Indah dan Penuh Makna

5 Desember 2020, 11:15 WIB
Sapardi Djoko Damono/Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono /instagram @damonosapardi

 

RINGTIMES BANYUWANGI – Sapardi Djoko Damono adalah seorang pujangga berkebangsaan Indonesia yang terkenal dengan puisi-puisinya. 

Dia dikenal melalui berbagai puisinya, yang sederhana namun penuh makna kehidupan. Banyak di antaranya yang populer, dan digemari oleh kalangan sastrawan maupun khalayak umum.

Dilansir Ringtimesbanyuwangi.com dari kanal YouTube Resna Channel, Sabtu 5 Desember 2020, berikut kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono.

 Baca Juga: Tanggal Gajian Tiba, Shopee Gajian Sale Punya Promo Spesial buat Kamu!

1. Pada Suatu Pagi Hari

Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil berjalan tunduk sepanjang lorong itu. Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi agar ia bisa berjalan sendiri saja sambil menangis dan tak ada orang bertanya kenapa.

Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk memecahkan cermin membakar tempat tidur.

Ia hanya ingin menangis lirih saja sambil berjalan sendiri dalam hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi. (1973 – Sapardi Djoko Damono)

 Baca Juga: Kumpulan Puisi Tentang Guru Paling Menyentuh Hati, Cocok Untuk Memperingati Hari Guru Nasional

2. Kuhentikan Hujan

Kuhentikan hujan. Kini matahari merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan - ada yang berdenyut dalam diriku: menembus tanah basah, dendam yang dihamilkan hujan dan cahaya matahari.

Tak bisa kuhentikan matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga. (1980 – Sapardi Djoko Damono)

3. Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni. Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu.

Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni. dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu.

Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni. dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.( 1989 – Sapardi Djoko Damono)

Baca Juga: 25 Kutipan Cinta Paling Romantis Sujiwo Tejo, Cocok untuk Kamu dan Pasangan

4. Cermin

Cermin tak pernah berteriak; ia pun tak pernah meraung, tersedan, atau terisak, meski apa pun jadi terbalik di dalamnya; barangkali ia hanya bisa bertanya: mengapa kau seperti kehabisan suara? (1980 – Sapardi Djoko Damono)

5. Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. (1989 – Sapardi Djoko Damono)

 Baca Juga: Siap Sukses, 4 Shio Ini Akan Banjir Rezeki di Bulan Desember 2020, Cek Shio Anda Sekarang

6. Sajak Kecil Tentang Cinta

Mencintai angin harus menjadi siut

Mencintai air harus menjadi ricik

Mencintai gunung harus menjadi terjal

Mencintai api harus menjadi jilat

Mencintai cakrawala harus menebas jarak

Mencintaimu harus menjadi aku (Sapardi Djoko Damono)

7. Yang Fana Adalah Waktu

Yang fana adalah waktu. Kita abadi: memungut detik demi detik merangkainya seperti bunga sampau pada suatu hari kita lupa untuk apa.

“Tapi yang fana adalah waktu bukan?”tanyamu. Kita abadi (1978 – Sapardi Djoko Damono)

 Baca Juga: Warna Keberuntungan di Tahun 2021 Berdasarkan Masing-Masing Shio, Cek Warnamu Sekarang

8. Hari pun Tiba

Hari pun tiba. Kita berkemas senantiasa. kita berkemas sementara jarum melewati angka-angka. kau pun menyapa: ke mana kita? tiba-tiba terasa musim mulai menanggalkan daun-daunnya.

Tiba-tiba terasa kita tak sanggup menyelesaikan kata. tiba-tiba terasa bahwa hanya tersisa gema. sewaktu hari pun merapat. jarum jam hibuk membilang saat-saat terlambat. (Sapardi Djoko Damono)

9. Prolugue

Masih terdengar sampai di sini duka-Mu Abadi. Malam pun sesaat terhenti sewaktu dingin pun terdiam, di luar langit yang membayang samar.

Kueja setia, semua pun yang sempat tiba sehabis menempuh ladang Qain dan bukit Golgota sehabis mencecap beribu kata, di sini di rongga-rongga yang mengecil ini.

Kusapa duka-Mu jua, yang dahulu yang meniupkan zarah ruang dan waktu yang capai menyusun Huruf. Dan terbaca: sepi manusia, jelaga. (Sapardi Djoko Damono)

10. Hanya

Hanya suara burung yang kaudengar dan tak pernah kaulihat burung itu tapi tahu burung itu ada di sana.

Hanya desir angin yang kaurasa dan tak pernah kaulihat angin itu tapi percaya angin itu di sekitarmu.

Hanya doaku yang bergetar malam ini dan tak pernah kaulihat siapa aku tapi yakin aku ada dalam dirimu. (Sapardi Djoko Damono)***

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas

Tags

Terkini

Terpopuler