Kumpulan Puisi Karya Taufiq Ismail yang Melegenda

16 Desember 2020, 21:20 WIB
Kumpulan Puisi Karya Taufiq Ismail yang Melegenda /Carola68/Pixabay

RINGTIMES BANYUWANGI – Puisi adalah salah satu karya sastra yang digemari banyak orang. Berikut adalah kumpulan puisi karya Taufiq Ismail yang melegenda.

Lahir di Bukittinggi Sumatera Barat, Taufiq Ismail menjadi penyair sekaligus sastrawan Indonesia yang namanya sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat.

Dilansir Ringtimesbanyuwangi.com dari berbagai sumber, berikut kumpulan puisi karya Taufiq Ismail yang melegenda dan masih populer hingga saat ini.

Baca Juga: Tanggal Gajian Tiba, Shopee Gajian Sale Punya Promo Spesial buat Kamu!

1. TAKUT ‘66, TAKUT ‘98

Mahasiswa takut pada dosen

Dosen takut pada dekan

Dekan takut pada rektor

Rektor takut pada menteri

Menteri takut pada presiden

Presiden takut pada mahasiswa.

1998

Baca Juga: 16 Tata Krama yang Harus Diajarkan pada Anak Sejak Dini, Orang Tua Wajib Tahu

 

2. SAJADAH PANJANG

Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati

Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini

Diselingi sekedar interupsi
Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara azan
Kembali tersungkur hamba

Baca Juga: 7 Tanda Anak Genius dan Berbakat Sejak Lahir, Salah Satunya Mudah Penasaran

Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau
Sepenuhnya.
1984
(dinyanyikan Himpunan Musik Bimbo)

3. DI TELUK IKAN PUTIH

Di Teluk Ikan Putih, telah terjangkar jasmaniku di pelabuhannya 

Pada kapal-kapal yang masuk dan tertambat sehari-hari 

Anak-anak camar bertebar atas arus melancar 

Dan perbukitan dandan perlente pina-pina berduri

Di Teluk Ikan Putih menutup siang musim semi panjang 

Pada langitnya keruh asap, bayang bangunan dan baja 

Di perut kota bangkitlah malam sambil melenggang 

Dan dermaganya hening lelap, berlelehan keristal kaca

Selamat jalan, malam-malam putih berhujan kapas 

Lewati perairan alim dengan pipinya dingin 

Masih ada yang berlinangan di sela gugusan karang 

Ngenangkan musim mengandung belati dalam angin 

Jabatlah teluk kami, persinggahan di tahun datang.

Baca Juga: 6 Zodiak Ini Diprediksi Akan Sukses dan Bergelimang Harta di Awal Tahun 2021, Cek Punyamu Sekarang

4. LARUT MALAM SUARA SEBUAH TRUK

Sebuah truk laskar menderu
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
Sudah Bebas Negeri Kita

Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun, terjaga:
‘Ibu, akan pulangkah bapa,
Dan membawakan pestol buat saya?

1963

Baca Juga: Ramalan Jayabaya di Tahun Ganjil 2021, Memasuki Zaman Kala Surata, Rakyat Kecil Banyak Tersingkir?

5. DENGAN PUISI, AKU

Dengan puisi aku bernyanyi

Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta

Berbatas cakrawala
Dengan puisi aku mengenang

Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis

Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk

Nafas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa

Perkenankanlah kiranya.
1965

6. KARANGAN BUNGA

 

Tiga anak kecil

Dalam langkah malu-malu

Datang ke Salemba

Sore itu

‘Ini dari kami bertiga

Pita hitam pada karangan bunga

Sebab kami ikut berduka

Bagi kakak yang ditembak mati

Siang tadi.’
1966

 

7. 06:30

Di pusat Harmoni
Pada papan adpertensi
(Arloji Castell)
Tertulis begini : Dunia Kini
Membutuhkan Waktu Yang Tepat.

Di belakangnya langit pagi
Tembok sungai dan kawat berduri
Pengawalan berjaga. Di istana

Arloji Castell
Berkata pada setiap yang lewat
Dunia Kini
Membutuhkan Waktu Yang Tepat.

8. Persetujuan

Momentum telah dicapai. Kita
Dalam estafet amat panjang
Menyebar benih ini di bumi
Telah sama berteguh hati.

Adikku Kappi, engkau sangat muda
Mari kita berpacu dengan sejarah
Dan kini engkau di muka.

9. Kerendahan Hati 

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
Yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
Yang tumbuh di tepi danau.

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
Memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten
Tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
Rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri.

10. Syair Empat Kartu di Tangan

Ini bicara blak-blakan saja, bang
Buka kartu tampak tampang
Sehingga semua jelas membayang.

Monoloyalitas kami
sebenarnya pada uang
Sudahlah, ka-bukaan saja kita bicara
Koyak tampak terkubak semua
Sehingga buat apa basi dan basa
Sila kami


Keuangan Yang Maha Esa
Jangan sungkan buat apa yah-payah
Analisa psikis toh cuma kwasi ilmiah
Tak usahlah sah-susah
Ideologiku begitu jelas
ideologi rupiah
Begini kawan, bila dadaku jalani pembedahan
Setiap jeroan berjajar kelihatan
Sehingga jelas sebagai keseluruhan
Asas tunggalku
memang keserakahan.

Itulah kumpulan puisi karya Taufiq Ismail yang melegenda. Semoga bisa menambah wawasan, serta menjadi inspirasi bagi kita semua.***

Editor: Shofia Munawaroh

Tags

Terkini

Terpopuler