Biodata dan Karya Puisi Tuah Subing Asal Lampung

10 Maret 2021, 09:45 WIB
Biodata dan Karya Puisi Tuah Subing /Dok. Pribadi Tuah Subing/

RINGTIMES BANYUWANGI – Puisi adalah karya sastra yang sangat disukai banyak orang.

Berikut karya sastra puisi dan biodata seorang penulis asal Lampung yang tim Ringtimesbanyuwangi.com dapat dari via telpon Whatsapp pada Selasa, 9 Maret 2021.

Tuah Subing nama pena dari seorang penulis yang berkecimpung dikarya sastra puisi. Nama asli Mujaddid Subing, lahir di Lampung Tengah, 25 Juni 1992.

Tuah Subing mulai menyukai karya sastra dalam bentuk puisi pada saat menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Dua tokoh penyair ternama yang memulai minatnya berpuisi yaitu, Jalaluddin Rumi dan Khalil Gibran. Tuah Subing mulai belajar menulis puisi pada tahun 2018.

Baca Juga: Puisi Ingin Kusekap Amarah Itu oleh Tuah Subing

Saat ini beberapa karyanya telah dimuat pada buku Antologi Ruang Hening bersama kawan-kawannya. Berikut karya sastra puisi yang Tuah Subing kirim via Whatsapp ke tim Ringtimesbanyuwangi.com:

 

Adakah Duka Mendalam Selain

Pengangguran di Bumi Ghayo Ini?

Oleh: Tuah Subing

I

Tepat di bilik ini, aku berkehendak

dana kampanye dapat menopang

kelalaian aparatur-aparatur yang lupa

bagaimana mengayomi masyarakat

 

Sebagaimana ibu kepada anak

yang mengajari mengenakan pakaian

merek eksklusif dan berkhotbah di atas

mimbar-mimbar sampai berbusa-busa

II

Setelah Pemilihan Kepala Daerah usai

Kabupaten ini tetap sesenyap batu-batu

tak saling pandang, tak saling tegur

sambil menahan laju umpat-umpatan

 

Di sosial media; kami meracau layaknya

pemabuk, sedang cacing keremi melilit

anak-anak begitu ganasnya sehingga

kepala lebih besar daripada tubuh

Baca Juga: Puisi Kami Muak dan Bosan Karya Taufik Ismail

III

Abu Bakar Subing (Rajo Puset Mergo):

kau lahir pada masa tugu-tugu menjadi

jargon pembangunan dan sebagai

tanda-tanda kemajuan daerah yang tertinggal

 

O, Nakenda kelak kau mengerti

mengapa Penyimbang beranjak dari

Sessat Agung menuju Gedung DPRD

membawa Upih beserta Sesako

 

Karena disana ada pembagian proyek

pembenahan dan sahut-sahut dengkuran

pengganti Tabuhan Canang, Sirih Pinang,

Panggeh Kebuwayan, Tariyan Kebandaran

IV

Dan kini para remaja kerap kebingungan

ketika bersua pada penolakan-penolakan

'tuk menjadi buruh harian, sepeninggalan

mengenyam pendidikan di sekolahan

 

Diam, mematung satu-satunya pilihan

lalu menjelma menhir–dolmen di Situs Megalitikum,

sepanjang Way Abung yang

tak terlihat sebagai tanda peradaban

Baca Juga: Puisi Taufik Ismail Untuk Palestina

V

Sebuah tanya terbesit: “Adakah duka

mendalam selain pengangguran

di Bumi Ghayo ini?” dan kepada engkau

yang menangis karena Eros; kemarilah

 

Kita berhimpun sembari menata cita

bersama; bagi seluruh anak cucu yang

tertindas neokolonialisme atas nama

transmigrasi di Bumi Jurai Siwo.

 

Lampung, 2021

 

Catatan :

Bumi Ghayo: Bumi Kaya

Rajo Puset Mergo: nama adat ponakan penulis (Juluk)

Nakenda : Keponakan tersayang

Penyimbang: Tokoh Adat/Dewan Adat

Sessat Agung: Balai Adat yang Agung

Upih dan Sesako : Tempat duduk dan Sandaran seorang tokoh adat yang disebut Peppadun

Tabuhan Canang: Ketukan Gong Kecil mengiringi pemuka adat bersyair disaat terjeda

Sirih Pinang: Syair yang dibacakan ketika upacara adat

Panggeh Kebuwayan: Syair kebesaran keturunan bangsawan

Tariyan Kebandaran: Tarian persaudara yang dimiliki empat kampung (Bandar Surobayo, Bandar Buyut, Bandar Mataram, Bandar Terbanggei)

Way Abung: Salah satu sungai di Provinsi Lampung

Eros: Cinta dan Birahi

Bumi Jurai Siwo: Slogan Kabupaten Lampung Tengah.

Baca Juga: Puisi Zhafir Khairan Akalanka Berjudul IMITASI, Syair Kebangkitan

Tempatmu Berpulang

Oleh : Tuah Subing

 

Kau tumbuh besar

menjadi penyair, buruh, pengangguran,

filsuf, pengemis, penjual, petani, pelaut,

polisi, pengamen, artis, budayawan,

dan menjadi apa pun yang kau benci

 

Meski kau keruk, kau rampas, kau hina

demi perutmu serupa karet itu

tetap ia memberi cinta tanpa jeda

melebihi sesuatu yang ada di kepalamu

 

Tidak seperti film Hollywood, Bollywood,

Drama Korea yang kau tonton di youtube,

acap kali terjeda karena iklan tak terskip olehmu

 

Tidak pula seperti kisah Qais-Layla,

Romeo-Juliet, Zainudin-Hayati, Julio Ceasar-Cleopatra, Ken Arok-Ken Dedes, John Lennon-Yoko Ono atau kau dan aku yang berakhir karena ketiadaan

Dahulu William Marsden, Friedrich Wilhelm Funke, Hilman Hadikusuma dan banyak lagi peneliti; pernah mengemas dalam kajian ilmiahnya

Baca Juga: Kumpulan Puisi Karya Taufiq Ismail yang Melegenda

Tetapi mengapa kau enggan membaca,

apalagi menumpahkan tinta di kanvas peradaban adalah kemustahilan

 

Memilih menyumbat telinga dengan

instrumen hedonisme,

bahkan mendengar keluh kesah sosial

adalah kebisingan

 

Kau yang lata seharusnya tersadar

akan apa-apa pada tempatmu berpulang

sebagai anak kepada ibunya

 

Jangan tunggu bumimu yang agung

memuntahkan serpihan luka

sampai kau terlunta-lunta tak diterima.

Lampung, 2021

Seharusnya Aku Tak Berhenti Membaca

Oleh: Tuah Subing

Di bilik yang berserakan. Aku berhenti membaca, sembari mendengar nyanyian langit menyentuh bumi. Sesekali, terdengar aspal mendesah karena kecupan dua roda milik seorang buruh.

Baca Juga: Kumpulan Puisi Tentang Guru Paling Menyentuh Hati, Cocok Untuk Memperingati Hari Guru Nasional

Jarum jam terus berputar, tetapi angan tetap pada awang-awang. Bergelut tentang sultan tv swasta, roda empat yang mewah, dan lahan yang luas.

"Bagaimana segalanya turba? sedang aku berhenti membaca," gerutuku.

Setangkup pengetahuan adalah satu-satunya senjata melawan kebuasan bencana. "Aih, apakah ini cukup?" tanyaku.

Sesaat, setelah percakapan dengan diri sendiri. Aku melihat kepulan asap berada di kepala ibu-ibu yang tengah menggali kuburannya.

Aku bertanya tapi pertanyaanku diadang air mata yang memata-mataiku.

Aku muak tapi muakku meledak dalam diri sendiri.

Aku diam tapi diamku semakin lata.

Baca Juga: Jadwal TVRI Belajar dari Rumah Hari Ini, Rabu 18 November 2020, Ada Bahas Puisi dan Prosa

"Seharusnya aku tak berhenti membaca," sesalku.

Lampung, 2021

Itu tadi karya dan biodata singkat dari seorang penulis puisi asal Lampung.***

 

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas

Tags

Terkini

Terpopuler