Makna Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono: Mencintai Dalam Diam

18 Juni 2021, 15:26 WIB
Makna puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono /Pikiran Rakyat/

RINGTIMES BANYUWANGI – Makna puisi Hujan Bulan Juni karya Sapadi Djoko Damono memiliki makna tersembunyi di balik untaian kata-kata itu.

Dipilihnya diksi-diksi yang menyentuh hati, ternyata ia memiliki makna puisi Hujan Bulan Juni.

Makna puisi Hujan Bulan Juni, karya Sapardi Djoko Damono, memiliki arti mencintai dalam diam.

Karya yang terdiri dari tiga bait ini tidak akan pernah hilang ditelan waktu.

Baca Juga: Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono, Indah dan Penuh Makna

Berikut bunyi puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono yang diciptakannya pada tahun 1989, dilansir dari laman unpaders.id.

Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Baca Juga: Telah Meninggal Dunia, Berikut Kumpulan Puisi Fenomenal Karya Sapardi Djoko Damono

Setiap manusia di dunia, memiliki rasa kasih sayang.

Cara menyampaikan rasa kasih sayang tersebut beragam.

Ada yang diungkapan, ada yang dipendam, dan ada yang dibiarkan berlalu.

Baca Juga: Berita Duka, Sastrawan Legendaris Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia

Begitu pula dengan Sapardi yang ingin mengenalkan caranya dalam mencintai lewat karyanya.

Ia lebih memilih untuk memendam perasaan yang dimilikinya.

Larik kata pertama “Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni” menggambarkan ketabahan.

Baca Juga: Kumpulan Puisi Karya Taufiq Ismail yang Melegenda

Pada tahun itu, perhitungan kalender bulan juni telah masuk musim kemarau.

Penggambaran hujan dalam bulan juni berarti keadaan yang mustahil terjadi.

Hal tersebut menandakan kesamaan dengan perasaan yang dimiliki oleh tokok dalam puisi.

Baca Juga: Puisi Zhafir Khairan Akalanka Berjudul IMITASI, Syair Kebangkitan

Setiap diksi seperti tabah, bijak, dan arif menggambarkan keadaannya pada saat itu.

Sifat dewasa yang ditunjukkan dalam mencintai seseorang.

Lalu larik “dirahasiakannya rintik rindunya, dihapusnya jejak kakinya, dan dibiarkannya yang tak terucapkan”

Baca Juga: Puisi Kami Muak dan Bosan Karya Taufik Ismail

Pada bagian tersebut, sangat jelas maknanya.

Ini menandakan bahwa ada rasa yang tidak dapat tersampaikan.

Ketabahan merelakan dan menghapuskan cinta terhadap orang yang dicintai dianggap perbuatan yang paling tepat.

Menurut Sapardi, inilah cara mencintai yang paling khidmat.

Cinta versi ini adalah cinta yang paling tulus.

Karena tidak adanya ikatan, namun hati sebenarnya selalu bertaut.

Titik tertinggi dari mencintai adalah mencintai dalam hening namun dalam hati selalu mendoakannya.***

Editor: Dian Effendi

Tags

Terkini

Terpopuler