Kumpulan Sajak pada Buku Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono

3 Januari 2022, 19:57 WIB
Simak kumpulan sajak pada buku Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2013. /Instagram/damonosapardi/

RINGTIMES BANYUWANGI- Hujan Bulan Juni merupakan salah satu karya Sapardi Djoko Damono yang berisi kumpulan sajak dan dicetak pertama kali pada tahun 2013. 

Karya Sapardi Djoko Damono memang selalu memiliki ruang tersendiri bagi para penikmat sastra. Hujan Bulan Juni menjadi salah satu yang digemari para pembaca.

Dilansir dari buku Hujan Bulan Juni yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2013, inilah beberapa sajak karya Sapardi Djoko Damono. 

Baca Juga: Kitab Puisi Sapardi Djoko Damono Berjudul Perihal Gendis, Sastrawan Indonesia Terkemuka

DI PEMAKAMAN

 

Kaukah yang menyapaku selamat pagi? Kita menundukkan kepala

di depan kapal-kapal yang terdampar, elang yang lelah, 

Angin berhenti. Aku pun membalasmu selamat pagi

dengan lirih

dan menundukkan kepala kembali. Kita tidak berhak tengadah ke 

matahari

kita hanya akan menyihir alam: matahari akan menjelma api,

bau kembang akan membusuk, suara burung akan menjelma 

terompet 

dari lembah orang mati. Kita adalah tukang sihir, menunduklah, 

kita tak berhak tengadah ke matahari. 

Kini, saat ini, kau dan aku adalah orang-orang asing, terkucil

dari alam. Kita bukan bagian dari suara dan warna, 

dan mesti menunduk. Pengembara-pengembara tak dikenal,

dan tidak juga mau mengerti. Selamat pagi, katamu. 

 

(1963)

Baca Juga: Rekomendasi Buku Ilustrasi Penuh Nilai Inspiratif, Cocok Buat Kado

SUARA

 

Aku tak mengenal lagi suaraku. Kau seperti menangis, kata-Mu,

Engkau mungkin mendengar sesuatu, tapi itu bukan suaraku, aku 

mendengar sesuatu tapi mungkin itu bukan suara-Mu. suara siapa,

aku belum pernah mendengar sebelumnya; merapatlah kemari. 

Seperti ada yang asing, yang mengajak bicara padaku, menghitung

tahun-tahunku. Aku merapat pada-Mu.

Ini, kuhabiskan sesuatu pada-Mu; nah, Kau-dengar sekarang, itu

bukan suaraku. Ada yang telah berbisik mengenai hari itu.

Kau takut, tanya-Mu. Aku merapat pada-Mu. Suara siapa

gerangan telah terucap lewat mulut serta dua belah mataku. 

 

(1963)***

Editor: Suci Arin Annisa

Tags

Terkini

Terpopuler