21. Tuhan, jika cintaku pada Sinta terlarang, kenapa kau bangun mengah perasaan ini dalam sukmaku.
22. Jika dengan jancuk pun tak sanggup aku menjumpaimu, dengan air mata mana lagi akan dapat kuketuk pintu hatimu, kekasih?
23. “Kita beruntung. Orang lain menikah setelah tahu kelebihan masing-masing. Kita menikah justru setelah tahu kekurangan masing-masing” (Semar ke istrinya Dewi Kanastren).
24. Tuhan menciptakan pundak lelaki untuk menyangga tangis perempuan” dan Tuhan menciptakan tangis perempuan agar laki-laki melupakan tangisnya sendiri.
25. Cita-citaku sederhana. Aku ingin sempat menyaksikan uban pertama di rambutmu kelak. Itulah keabadian, kekasih.***