Puisi Zhafir Khairan Akalanka Berjudul IMITASI, Syair Kebangkitan

- 8 Februari 2021, 20:55 WIB
Zhakir Khairan Akalanka
Zhakir Khairan Akalanka /Instagram @zakhirakalanka/

RINGTIMES BANYUWANGI – Puisi adalah karya sastra dalam bentuk tulisan yang terdiri atas berbait-bait. Biasanya puisi menyampaikan pesan melalui diksi yang indah.

Seperti puisi yang ditulis oleh salah satu penulis dan penyair asal Indonesia bernama Zhafir Khairan Akalanka, yang mempunyai isi yang dapat anda rasakan di hati maupun bisa menjadi hal yang terjadi dalam kehidupan anda.

Dilansir Ringtimesbanyuwangi.com dari kanal YouTube Zhafir Akalanka pada Senin, 8 Februari 2021 dan sudah 6.408 ribu kali ditonton.

Baca Juga: Lima Merchant ShopeePay Terbaru Minggu ini Siap Dukung Hobi Kamu

IMITASI (syair kebangkitan) karya Zhafir Khairan Akalanka

Tak jemu aku berpangku rindu

Menanti semesta untuk sudi berpihak padaku

Tak ada siapapun di sisiku

Tak ada tangganya mengulur padaku.

Biarlah begitu

Biarlah seperti itu

Biarkan dunia melupakan ku

atau biarkan saja aku terasing dan membeku dalam keangkuhan waktu yang tak pernah mau untuk menunggu.

 

Aku bertanya pada masa lalu,

Aku menggali makna pada rindu yang tak tahu malu,

aku menggadaikan separuh nyawaku hanya untuk mendengar jawab tentang dimana letak salahku,

Atau tentang mengapa semua orang abai meninggalkanku

Lidah orang-orang semakin tajam,

Peduli mereka semakin hilang seolah terbenam.

Mereka bertanya lukaku seberapa dalam,

Namun aku tak melihat ada satupun hati yang datang memberi genggam.

Tidakkah mereka tahu aku juga manusia?

Tidakkah mereka paham bahwa aku juga bisa terluka?

Tapi mengapa aku diperlakukan berbeda?

Mengapa aku diperlakukan seolah aku memiliki sembilan nyawa?

Aku memudar;

Amigdala ku kian mengakar;

Kekecewaan seolah menjadi latar,

Berbinar-binar dalam kisah hidupku yang selalu bertopengkan tegar.

 Baca Juga: Kumpulan Puisi Karya Taufiq Ismail yang Melegenda

Sejauh mana aku akan diasingkan?

Seberapa lantang aku harus meminta bantuan?

Banyak hal yang awalnya ku beri kepercayaan, namun akhirnya berbalik menghadiahi ku sebuah kehancuran.

Ingatkah hari dimana diri ini kau puji?

Ingatkah waktu di mana hati ini kau yakini?

ingatkah saat dimana kau kehilangan kendali dan tidak memiliki siapapun lagi untuk bisa dihubungi?

Aku yang tidak pernah pergi.

Ingatkah saat aku terpuruk seorang diri?

Ingatkah saat hatiku remuk tertikam berbagai tragedi?

ingatkah saat semesta menguji dan membuatku kehilangan arah untuk melanjutkan hidup ini?

Tak ada satupun yang tidak pergi.

Keadilan seolah bukanlah hakku;

Peduli manusia seolah tak pernah pantas bagiku.

Aku seolah sesosok makhluk baru:

Yang entah dimana tempatku atau ke mana aku harus menuju.

 Baca Juga: Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono, Indah dan Penuh Makna

Orang bijak berkata, "jika mereka mencintai, mereka akan kembali"

Tapi aku akan berkata,

"Jika mereka mencintai,...

...mereka takkan pernah pergi."

 

Disudut dunia, aku mulai tidak tertarik untuk menjadi manusia.

Ragam percaya seolah hanya akan menjadi lain kecewa;

Ragam cinta seolah hanya akan menjadi goresan tinta;

Terlalu banyak sandiwara yang bertabur di wajah maya,namun tak pernah bisa dan sanggup untuk membangun apa-apa.

 Baca Juga: Kumpulan Puisi Tentang Guru Paling Menyentuh Hati, Cocok Untuk Memperingati Hari Guru Nasional

Kini, keterasingan menjadi pilihanku;

Kesunyian menjadi sahabatku;

Kesedihan adalah bahan bakar utama aku,

Untuk menyulap sendu,

Menjadi sebuah prasasti ku.

Aku tidak peduli bagaimana masa lalu akan membentuk ku;

Aku tidak peduli bagaimana masa depan akan mempercandaiku;

Selama Tuhan bertahta teguh di dalam hatiku,

Kebangkitan tentang siapa sebenarnya aku?

Hanyalah tinggal masalah waktu.

 

Itu tadi salah satu karya sastra berbentuk puisi.***

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x