Senja di Hati

- 15 Februari 2020, 02:05 WIB
/Ndix Endix/

Pada hati yang patah, seakan tampaklah segala yang inti. Orang selalu ingin menemukan pusat segala, sebab dari segala peristiwa, atau alasan dari setiap akibat.

Lidah gelombang jilati batinku

Belaian karang sampai ke jantungku

Jingga matahari ajak aku pergi

Kasihku tulus setulus indahmu

(Mata Dewa, Iwan Fals, 1989) 

Ruang hanya menjadi saksi terhadap suatu perpisahan. Peristiwa yang tak pernah terhindarkan dalam kehidupan manusia. Namun perpisahan itu sungguh satu-satunya jalan pada yang lebih sempurna dari kondisi sebelumnya, atau yang lebih substansial.

Pada kerinduan sejati yang tak akan musnah meski diterpa jutaan kali pertemuan dalam kehidupan sehari-hari. Kau---yang entah di mana, senantiasa indah, lantaran ketulusan menyepuh jiwa sebening kaca, yang di situ tiap manusia bercermin pada dirinya sendiri, pada kenyataan, pada perilaku dan harapan-harapan. Apa yang saat ini, dan apa yang kelak, dan abadi. Pada keadaan itu kiranya, terhubungkanlah yang bendawi dengan esensi yang spiritual. 

Di atas pasir senja pantai Kuta

Saat kau rebah di bahu kiriku

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x