Terlihat Indah Tapi Bukan Terbaik

- 31 Maret 2020, 14:00 WIB
Ragu dalam sebuah hubungan? Mungkin Sobat Belia terkena fobia komitmen.*
Ragu dalam sebuah hubungan? Mungkin Sobat Belia terkena fobia komitmen.* /Pexels/

Pagi hari dibulan Agustus sangat indah bersama semua angan-angan di kepala memikirkan sosok perempuan yang tampak begitu sempurna saat aku pertama kali melihatnya sosok perempuan itu adalah Rina. Setiap hari aku selalu membayangkan paras cantik nan rupawan yang dimilikinya hingga aku mulai merasakan benih-benih cinta yang tumbuh di hatiku.

Hari demi hari ku jalani tak terasa aku jatuh semakin dalam pada perasaan yang ku pendam sendiri hingga aku sering melamun karena aku tak dapat  atau bahkan tak berani berbincang untuk sekedar mengajaknya berkenalan. Aku hanya bisa memandangnya dari jauh menghayal jika suatu hari aku dan Rina bisa bersatu dan menjadi kita.

Beberapa hari kemudian tepatnya pada hari minggu ada kegiatan sekolah dimana aku bisa seharian memandangi wajahnya dan ini adalah kesempatan emas untukku bisa berkenalan dengan Rina. Hari menjelang siang tiba waktu istirahat kulihat Rina sedang duduk dengan teman-temannya. Mereka terlihat bersenda gurau dan aku melihat senyum manis itu dari kejauhan. Rasa beraniku pun muncul aku mencoba untuk mendekat padanya mencoba kenalan dan sedikit basa basi menanyakan dimana alamat rumahnya.

Seminggu kemudian aku sudah sering komunikasi dengan Rina. Respon Rina pun sangat baik semakin hari semakin dekat saja aku denganya obrolanku pun tidak pernah membosankan selalu ada saja topik yang dibahas bahkan juga saling perhatian satu sama lain. Perasaan nyaman pun muncul antara aku dan Rina aku mulai sedikit menaburi kata-kataku dengan gombalan diapun terlihat tidak risih dengan gombalan-gombalan yang aku utarakan malahan aku semakin dekat diapun senantiasa mengisi hari-hariku akhir-akhir ini.

Agustus pun berlalu berganti September dimana aku mulai merencanakan untuk jadian dengan Rina. Aku terus-terusan membayangkan bagaimana aku bersamanya kedepanya membuatku tak sabar dan kuputuskan untuk menyatakan cinta dihari kelima bulan September. Satu hari sebelum aku menyatakan cinta tidak hanya membuatku rajin browsing di internet cara menyatakan cinta dengan benar tapi juga membuatku gugup, setiap menit setiap jam waktuku semakin berkurang membuatku semakin gugup tak bisa membayangkan bagaimana jawaban darinya nanti mendengar semua isi hatiku.

Hari kelima dimana saat yang aku nanti-nantikan itupun telah tiba pagi-pagi sekali aku sudah berangkat ke toko bunga sekalian berangkat sekolah. Rasa cemas dan gugup menghantui perasaanku. Di sekolah aku mencoba latihan untuk bicara agar aku tidak kikuk saat aku mencoba mengungkapkanya nanti. Bel tanda pulang sekolah berbunyi jantungku berdebar kencang seolah aku tak siap sehingga aku memutuskan untuk membatalkannya dan mengubah waktunya di saat ba’da magrib saja. Sampai dirumah aku terus menerus latihan berbicara di depan cermin sambil merangkai kata agar berkesan di hatinya.

Menjelang petang aku mandi memakai baju terbaikku tak lupa akupun memakai minyak rambut dan perfum lebih banyak dari biasanya. Aku berjalan keluar dan menaiki motorku dengan pelan. Karena aku merasa grogi, akupun menjemput temanku untuk menemaniku bertamu ke rumah Rina. Sesampainya di rumah Rina aku sudah ditunggu di depan oleh Rina dan aku disuruh masuk. Tanpa fikir panjang akupun masuk dan tidak lupa mengucap salam walaupun keringat dingin keluar dari tubuhku aku mencoba tetap tersenyum guna mengurangi kegugupanku.

Aku perlahan duduk disampingnya dan saling tatap aku terdiam selama beberapa menit untuk menenangkan diriku sendiri. Beberapa saat kemudian aku mulai memutuskan untuk bicara semua perasaan yang aku rasakan, karena gugup semua kalimat yang sudah aku latih dan aku tata dua hari ini hilang semua dari ingatanku dan aku langsung to the point menyatakan cinta. Sama-sama terdiam beberapa saat Rina pun mulai berbicara mengiyakan untuk menerimaku sebagai pacarnya dengan suara lemah lembut pipi yang memerah akan selalu kuingat raut wajahnya kala itu.

Satu bulan dua bulan ku jalani hubungan muncul masalah pertama dalam hubunganku yang bermula seorang teman perempuanku sering menghubungiku responku biasa saja pada awalnya tetapi lama kelamaan akupun larut dan aku meladeni temanku tersebut. Sial bagiku saat Rina meminjam handphoneku aku lupa untuk menghapus obrolanku hingga Rina marah padaku. Aku berusaha untuk meminta maaf tetapi rina masih belum bisa memaafkanku. Hampir seminggu aku cekcok denganya hingga akhirnya aku memutuskan untuk menemuinya untuk meminta maaf. Kamipun berbicara empat mata dan mencari jalan keluar untuk masalah ini. Akhirnya Rina pun memaafkanku dan akupun berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah