Segores luka

- 1 Januari 1970, 07:00 WIB
ILUSTRASI wanita yang tengah sendirian.*
ILUSTRASI wanita yang tengah sendirian.* /PEXEL

“Hay, Bii” Sapanya padaku.

“Oh,hay,Roy, ada apa? Tumben kamu kemari?”

“Aku ingin menyampaikan sesuatu pada seseorang” Aku tak tahu apa yang aku rasakan saat ini, hatiku dipenuhi oleh rasa yang  hangat.

Tiba-tiba dia melangkah lebih dekat padaku dan ternyata dia ingin menemui Siska yang berada dibelakangku, kemudian Roy berjongkok dengan memberikan seikat bunga pada Siska. Aku kira dia akan memberikan bunga itu padaku dan menyatakan perasaan padaku, ternyata dia menyukai temanku. Aku terdiam dan langsung bergegas pergi meninggalkan kelas dan tak terasa air mata membasahi pipiku. Seketika aku berfikir apakah aku terlalu berlebihan pada Roy sampai-sampai aku berharap lebih padanya. Sejak hari itu pun aku tidak pernah menyapanya lagi, kemesraan itupun selalu ditunjukkannya didepanku.

Hari-hari berlalu begitu saja, hingga suatu hari saat aku terbaring dikasurku tiba-tiba handphonku berdering dan ternyata Roy menelfonku. Aku sangat malas untuk bicara dengannya,tetapi aku sadar dia adalah temanku, semua ini salahku karena aku terlalu terbawa perasaan padanya. Aku tidak boleh egois, dan aku dengan berat hati mengangkat telfonnya.

“Iya,Roy, ada apa?” Dengan nada yang sedikit malas.

“Gimana kabarnya, udah lama kamu ga pernah nyapa aku, kamu marah ya?” Kenapa kamu masih tanya Roy, dengan apa yang udah kamu lakuin ke aku.

“Aku baik, maaf kalo aku ga pernah nyapa kamu.” Aku menjawab dengan tegas.

“Ehmm.. Bii, aku udah tahu semuanya, dan maafin aku udah mengabaikan perasaan kamu dan selama ini aku ga menyadarinya.” Kenapa kamu baru menyadari ketika aku udah lupa sama kamu.

“Udahlah Roy, aku udah lupain semua itu, Gausah dibahas lagi, aku udah anggep kamu sebagai teman baikku mulai sekarang, udah ga lebih lagi.” Ingin rasanya aku menangis saat itu.

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah